Menyusuri Daratan Sumatra

spot_img

Berita Terkait

Sawit Belum Mendongkrak Kesejahteraan Rakyat

Catatan: Budi Agustono

 

Minggu 16 April 2023 adalah hari ketiga perjalanan darat panjang dari Jakarta menuju Medan. Di hari pertama, Jumat 14 April 2023, selepas Subuh, menuju Merak, Cilegon, menyeberang ke Bakeuhuni, Bandar Lampung.

Pelabuhan Merak dipadati kendaraan bernomor polisi Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang hendak menyeberang ke Sumatra ( mLampung, Sumatra Selatan, Bengkulu, Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh). Tiba di Palembang malam hari dan merebahkan tubuh di hotel di pusat kota bekas emporium Sriwijiya ini.

- Advertisement -

Selepas Subuh, menyempatkan melewati Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang dibangun masa Soekarno tahun 1960an. Sekitaran mendekati Jembatan Ampera, tidak banyak perubahan sesudah beberapa kali berada di kota ini, kecuali baliho-baliho berisi orang lokal dan nasional yang wajahnya menghiasi baliho yang berpesan menjadi bakal calon presiden, gubernnur, anggota DPR dan DPRD tahun 2024 yang bertebaran di setiap sudut kota.

Sesudah beberapa jam melanjutkan perjalanan dari Palembang menuju Jambi tergambar situasi sosial kekinian di Republik yang terdiri dari belasan ribu kepulauan, salah satunya Sumatra berisi

provinsi seperti disebutkan di atas yang disatukan menjadi Sumatra beberapa bulan berkumandang kemerdekaan tahun 1945.

Sepanjang belasan jam perjalanan panjang menuju Jambi ini jalan darat tidak terlalu baik. Tambalan bongkar sulam aspal yang berlubang atau menurun turun akibat beban truk melebihi kapasitas tonase jalan menyebabkan aspal terus menerus diperbaiki.

Di sepanjang perjalanan, hutan sawit tiada pernah berhenti terlihat dari pemandangan mata. Di kiri kanan jalan itu, sering rumah penduduk berbangunan papan yang meredup catnya karena setiap harinya dihujani debu.

Ada kedai makanan dan minuman tapi hanya untuk konsumsi masyarakat sekitar atau kalaupun kedai agak luas hanya untuk sopir truk jarak jauh yang istirahat sambil makan secukupnya. Tidak jauh dari kedai terdapat tambal ban untuk keperluan truk.

Anak-anak bermain di sekitar deretan rumah berpapan yang di latar halaman belakangnya bergoyang daun pohon sawit ditiup angin. Makin kencang daun sawit begerak makin tinggi suhu udara di sekitarnya. Apalagi pohon sawit menghisap banyak air sehingga mendestruksi keseimbangan ekologis.

Jika kehadiran hutan sawit atau buruh yang menjual tenaganya di perkebunan sawit yang dimiliki modal besar ini mendatangkan kesejahteraan, tentu gambaran rumah berbangunan papan menghilang dari wilayah berdekatan dengan sawit.

Di pemukiman penduduk di bawah naungan sawit sesekali terlihat baliho atau spanduk orang lokal dan nasional dari macam partai di lokasi gersang ini. Penduduk lokal yang miskin itu tak mengenal orang-orang di baliho karena dirinya hanya hadir di spanduk.

Minggu 16 April 2023 dari Jambi bergerak menuju Padang, Sumatra Barat. Beberapa jam menjauh dari Jambi hutan sawit masih bertumbuhan. Rumah pemukiman di sisi kiri dan kanan jalan tak berbeda dengan keadaan sebelumnya.

Memasuki Kabupaten Batanghari, kondisi jalan kupak-kapik. Perjalanan darat melambat karena kemacetan mengular panjang.

Perjalanan darat ini menjelajah Sumatra. Namun di pinggiran lintas Sumatra yang berbatasan dengan hutan sawit belum terlihat rakyat terangkat dari kemiskinan. Alih-alih mengalirkan tetesan kemakmuran, hutan sawit mengibaskan konflik agraria dengan rakyat tempatan.

*_Muara Tembesi Lintas Muara Bungo Jambi, tengah hari Minggu 16 April 2023._

ā€¢ Penulis, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Berita Pilihan

Kredibilitas Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia Studi Kasus Korupsi Pertambangan Senilai Rp271 Trilliun

Oleh: Fahrizal S.Siagian, S.H. (Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara) mimbarumum.co.id - Pencucian uangĀ  secara sederhana dapat didefinisikan adalah suatu...