Beranda Mimbar EkBis Menanti Dampak ATF 2025, ASEAN Saling Menguatkan

Menanti Dampak ATF 2025, ASEAN Saling Menguatkan

0
Menanti Dampak ATF 2025, ASEAN Saling Menguatkan

mimbarumum.co.id – Sektor pariwisata ASEAN diprediksi akan mengalami lonjakan signifikan. Itu berkat sejumlah langkah yang diterapkan oleh negeri bertetangga untuk menarik turis-turis asing ke pasar bersama ASEAN.

Pasar India, China, Rusia, Timur Tengak, Afrika, Turki sampai Eropa dan Amerika juga menjadi sasaran pasar bersama, hal itu terlihat dari ASEAN Tourism Forum (ATF) 2025″ yang baru berlalu di Johor Bahru, Malaysia, belum lama ini.

Menteri Pariwisata (Menpar) Indonesia, Widiyanti Putri Wardhana, di rangkaian partisipasinya di “ASEAN Tourism Forum (ATF) 2025” di Johor Bahru, Malaysia, sempat melakukan sejumlah pertemuan dengan perwakilan dari berbagai negara dan pihak untuk mendiskusikan berbagai program untuk memajukan sektor pariwisata dan perekonomian di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Hal serupa juga dilakukan oleh berbagai negara lain, terutama Malaysia yang menjadi tuan rumah.

Secara umum, ajang promosi pariwisata tahunan ASEAN Tourism Forum (ATF) adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh negara-negara Anggota ASEAN untuk mempromosikan pariwisata di kawasan tersebut secara Bersama ke pasar dunia. Even ini merupakan pertemuan industri pariwisata yang menyatukan pemangku kepentingan industri pariwisata, termasuk pemerintah, pelaku usaha, dan organisasi terkait lainnya, termasuk media mancanegara.
Pasar ini mengembangkan pariwisata berkelanjutan dan meningkatkan kesadaran dan kerjasama untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan di ASEAN.

Acara utama ATF itu sendiri dikemas dalam wujud konferensi pariwisata, pameran pariwisata, promosi destinasi wisata dan produk pariwisata. Tentunya hal itu juga menciptakan pertemuan bisnis yang membuka kesempatan membangun dan memperkuat jaringan bagi pelaku usaha pariwisata. Pada kesempatan itu juga diikuti dengan penghargaan pariwisata dan pengakuan atas kontribusi dan inovasi di industri pariwisata.

Sebelum ini ATF 2020 digelar di Bandar Seri Begawan, Brunei, ATF 2022 di Sihanoukville, Kamboja.
Sama seperti ASEAN Tourism Forum (ATF) 2025 diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi industri pariwisata di kawasan ASEAN. Setelah ini, bagi setia negara ASEAN diharapkan akan ada peningkatan penerimaan devisa dengan meningkatnya jumlah wisatawan. Dimana berikutnya diiringi terbukanya lapangan kerja. Khususnya untuk bidang akomodasi, kuliner, dan transportasi. Hal ini sudah diperlihatkan Malaysia melalui Malaysian Hospitality. Pada akhirnya melalui forum ini dapat menarik investor untuk membangun infrastruktur pariwisata di kawasan ASEAN.

Untuk sektor sosial, pasca ATF 2025 dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pariwisata dan dampaknya terhadap ekonomi dan sosial. Apalagi forum ini dapat mempromosikan budaya dan tradisi masyarakat ASEAN, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap budaya lokal.

Yang lebih penting pasca ATF 2025 diharapkan dapat memperkuat kerjasama antara negara-negara ASEAN dan industri pariwisata, meningkatkan kesadaran dan kerjasama dalam mengembangkan pariwisata secara Bersama dan berkelanjutan.

ATF 2025 pun diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan dapat mempromosikan pengembangan infrastruktur ramah lingkungan, seperti akomodasi yang ramah lingkungan dan transportasi yang berkelanjutan.

Secara politik ATF 2025 pun dapat memperkuat kerjasama regional antara negara-negara ASEAN dan industri pariwisata. Forum ini dapat mempromosikan pengembangan kebijakan pariwisata Bersama yang berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dapat meningkatkan peran ASEAN dalam pariwisata global, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap pariwisata ASEAN di pasar dunia.

Secara umum beberapa arah pariwisata yang mungkin dibangun oleh masing-masing negara ASEAN dengan konsep yang dimiliki ASEAN Tourism Forum 2025, semisal Brunei
Dengan pariwisata berbasis budaya dan sejarah, seperti kunjungan ke masjid-masjid bersejarah dan museum, juga ekowisata, seperti kunjungan ke hutan hujan dan taman nasional.

Sementara Filipina dengan pantai-pantai indah di Boracay dan Palawan. Atau
pengembangan pariwisata budaya, seperti kunjungan ke situs-situs bersejarah di Manila dan Cebu, bahkan wisata yang ramah turis muslim.

Indonesia dengan keagungan Danau Toba, Taman Nasional Komodo, Gunung Bromo,
Borobudur, Prambanan, Likupang, Lombok dan Raja Empat selain Bali yang sudah menjadi daerah pilihan wisatawan dunia.

Potensi yang hampir serupa juga dimiliki Kamboja, Laos, Myanmar. Sedangkan Malaysia dan Singapura yang sudah kaya dengan pariwisata kota, seperti Kuala Lumpur dan Penang. Tapi kini setelah pandemi covid 19, Malaysia terlihat semakin mendorong pengembangan pariwisata artifisial seperti theme par maupun alam asri seperti kunjungan ke Taman Nasional di semenanjung, Sabah dan Serawak. Bahkan kembali mendongkrak wisata pulau-pulau eksotisnya semisal Tioman.

Hampir semua negara pasca ATF 2025, tampak menggenjot pemasaran pariwisata kuliner, seperti kunjungan ke pasar-pasar makanan dan restoran-restoran terkenal yang ada di negeri mereka.

Berbagai tagline tampak menjadi upaya menarik pasar, Indonesia tampak masih dengan konsep “Wonderful Indonesia” yang menonjolkan keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia. Malaysia dengan “Visit Malaysia” yang menonjolkan keindahan alam dan kekayaan budaya Malaysia dan Singapore dengan “Visit Singapore” dengan semua keunggulan, Thailand memiliki konsep “Amazing Thailand”,

Beberapa negara menyatakan kian menguatkan konsep “Muslim-Friendly Tourism” yang mirip dengan konsep “Halal Tourism”. Thailand juga memiliki program “Thailand Muslim Friendly”,
Singapura juga memiliki program “Singapore Muslim Friendly”.

“Halal Tourism” secara nyata disampaikan yang dipromosikan oleh Kepala Operasional TPB Maria Margarita Montemayor Nograles kepada puluhan jurnalis dari manva negara di ATF 2025. Dengan konsep halal atau muslim friendly, dia memperkirakan targetnya dan pasar
wisatawan Muslim dari seluruh dunia, terutama dari negara-negara dengan populasi Muslim yang besar.

Dari data di cyberspace, potensi wisatawan Muslim sangat besar dan terus berkembang. Pada tahun 2013, wisatawan Muslim dunia menghabiskan uang sebesar US$ 140 Miliar, yang setara dengan 7,7 persen pengeluaran global. Pada tahun 2019, angka ini diperkirakan meningkat menjadi US$ 238 Miliar atau setara dengan 11,6 persen dari pengeluaran wisatawan dunia secara keseluruhan .

Jumlah penduduk Muslim dunia juga sangat besar, yaitu sekitar 1,6 miliar orang atau 23,2% dari jumlah penduduk dunia pada tahun 2010. Ini membuat wisatawan Muslim menjadi salah satu pasar yang sangat potensial bagi industri pariwisata ².

Dalam beberapa tahun terakhir, industri pariwisata telah mulai mengakui potensi besar wisatawan Muslim dan telah mulai mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Beberapa contoh produk dan layanan ini termasuk akomodasi yang sesuai dengan syariah, restoran yang menyajikan makanan halal, dan paket wisata yang dirancang khusus untuk wisatawan Muslim.

Dari ATF 2025, tampak kalau wisata terbatas dan mahal juga tengah digalakkan. Wisata terbatas dan mahal, juga dikenal sebagai “wisata eksklusif” atau “wisata mewah”, adalah konsep pariwisata yang menawarkan pengalaman wisata yang unik, eksklusif, dan mahal. Konsep ini biasanya ditujukan untuk wisatawan yang memiliki kemampuan finansial yang tinggi dan mencari pengalaman wisata yang tidak biasa.

Contoh wisata terbatas dan mahal ini misalnya wisata ke pulau-pulau terpencil yang hanya dapat dijangkau dengan transportasi eksklusif, seperti pesawat pribadi atau kapal mewah, atau ke tempat-tempat eksklusif seperti klub-klub mewah, restoran-restoran eksklusif, atau acara-acara VIP. Bahkan bisa jadi ke tempat-tempat bersejarah yang hanya dapat dijangkau dengan izin khusus, seperti kunjungan ke situs-situs arkeologi yang terpencil.

Di ASEAN, Singapura telah lama dikenal sebagai destinasi wisata mewah, dengan fasilitas seperti Marina Bay Sands, Gardens by the Bay, dan Universal Studios Singapore. Malaysia pun telah mengembangkan beberapa destinasi wisata mewah, seperti Langkawi, Penang, dan Kuala Lumpur, dengan fasilitas seperti hotel bintang lima, restoran mewah, dan pusat perbelanjaan.

Thailand pun telah mengembangkan beberapa destinasi wisata mewah, seperti Phuket, Koh Samui, dan Krabi, dengan fasilitas seperti hotel bintang lima, restoran mewah, dan pusat perbelanjaan. Indonesia pun telah mengembangkan beberapa destinasi wisata mewah, seperti Bali, Lombok, Raja Ampat dan Komodo, dengan fasilitas seperti hotel bintang lima, restoran mewah, dan lainnya.

Belajar dari ATF, tampak kalau biaya promosi pariwisata di negara-negara ASEAN bervariasi tergantung pada strategi dan target masing-masing negara. Sayangnya, sulit mendapatkan informasi tentang biaya promosi pariwisata masing-masing negara ASEAN. Namun, beberapa informasi tentang pendapatan negara-negara ASEAN dari sektor pariwisata ada di cyberspace.

– Thailand pada tahun 2019, menerima pendapatan sebesar USD 53,7 miliar
– Malaysia pada tahun 2019, menerima pendapatan sebesar USD 20,7 miliar
– Indonesia pada tahun 2019, menerima pendapatan sebesar USD 15,8 miliar
– Singapura pada tahun 2019, menerima pendapatan sebesar USD 14,7 miliar
– Filipina pada tahun 2019, menerima pendapatan sebesar USD 9,3 miliar
– Vietnam pada tahun 2019, menerima pendapatan sebesar USD 8,9 miliar

Angka-angka tersebut tentunya dapat berubah tergantung pada berbagai faktor seperti situasi ekonomi global dan perkembangan industri pariwisata setiap tahun, terutama pasca Covid-19

Menurut menteri Pariwisata Filipina Christina Frasco, mewakili negaranya, secara resmi menerima posisi Ketua ATF 2026 selama upacara serah terima yang diadakan di Pusat Konvensi Internasional Johor pada 20 Januari.

“Sebagai Ketua ASEAN 2026, saya mengundang Anda untuk bergabung dengan kami di Filipina untuk Pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN ke-29 di Cebu pada Januari 2026. Ini akan menjadi kesempatan tidak hanya untuk membahas kebijakan, tetapi juga untuk menyaksikan secara langsung potensi besar untuk pertumbuhan pariwisata berkelanjutan di wilayah tersebut,” kata Frasco.

Reporter: Rizanul Arifin

Tinggalkan Balasan