Menabung dengan Tabungan atau Investasi?

Berita Terkait

mimbarumum.co.id – Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumut Pintor Nasution menjelaskan berinvestasi adalah cara untuk menjaga nilai uang atau untuk mempertahankan nilai aset dari inflasi.

Biasanya orang yang memiliki penghasilan (income). Langkah selanjutnya yang ia lakukan setelah memenuhi kebutuhan hidupnya adalah menyisihkan dana milikinya dengan menyimpan uang di bank atau menabung.

“Namun, ternyata tabungan lebih berfungsi sebagai tempat menyimpan uang, bukan mempertahankan nilai uang,” ungkapnya dalam rilis akhir pekan.

Seiring berjalannya waktu, sambung dia, nilai uang akan tergerus oleh inflasi. Yaitu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Contoh, jika saat ini uang senilai Rp 200 juta bisa untuk membeli satu unit kendaraan baru. Dalam periode lima tahun ke depan, belum tentu uang senilai yang sama bisa untuk membeli satu unit kendaraan dengan spesifikasi dan bahkan harga yang sama.

Begitupun dengan biaya sekolah misalnya, jika saat ini membayar uang pangkal masuk universitas membutuhkan biaya Rp 50 juta, dalam lima tahun lagi kita perkirakan akan naik tiga kali lipat karena rata-rata uang pangkal pendidikan naik sekitar 10-15% per tahun.

Rencana Bisa Tidak Sesuai

“Jika kita hanya menaruh uang di bank dalam bentuk tabungan, bisa saja rencana masa depan yang sudah di persiapkan tidak sesuai rencana,” jelas dia.

Salah satu cara untuk mengikuti inflasi dengan mengalokasikan dana ke dalam produk investasi. Jika menabung di bank, nasabah mendapatkan imbalan dalam bentuk bunga yang besarnya hanya 2-3%. Sementara produk investasi portofolio di pasar modal umumnya bisa memberikan imbal hasil di atasnya, sesuai jenis produk investasi.

Investasi saham misalnya, memberikan potensi imbal hasil di atas bunga deposito. Return saham bisa di lihat dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Selama rentang 10 tahun terakhir, pertumbuhan IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 22,3% (return saham berdasarkan kenaikan indeks saham tertinggi dalam rentang waktu 2011-2021).

“Namun, harus di ingat, semakin tinggi return investasi, semakin besar pula risiko investasi. Sesuai pepatah dalam dunia investasi, “High risk high return, low risk low return”, bebernya.

Kata Pintor, berinvestasi di pasar modal menjadi salah satu alternatif bagi investor untuk mendapatkan imbal hasil yang sesuai dengan tujuan investasinya. Ada beberapa pilihan investasi, yaitu saham, obligasi korporasi, surat utang negara, produk derivatif saham dan obligasi; reksa dana, ETF, dan produk investasi lainnya yang terus berkembang.

Memiliki Potensi Return yang Berbeda-beda

Masing-masing instrumen investasi memiliki potensi return yang berbeda-beda. Saham memiliki potensi imbal hasil yang paling tinggi, berikutnya surat utang negara, dan produk derivatif. Alternatif lainnya, berinvestasi reksa dana. Membeli reksa dana relatif lebih mudah, karena dana investasi di kelola oleh manajer investasi yang memang fokus dan bertugas mengelola dana investasi.

Sebelum memulai berinvestasi di pasar modal, calon investor harus membuka rekening efek terlebih dahulu di perusahaan sekuritas. Prinsipnya sama seperti membuka rekening di bank. Ada banyak perusahaan sekuritas yang bisa di pilih oleh calon investor. Daftar perusahaan efek bisa di lihat di website Bursa Efek Indonesia (BEI) atau website Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Sementara untuk membeli reksa dana, investor bisa menghubungi manajer investasi (MI) atau bisa membeli reksa dana melalui bank yang menjadi agen penjual reksa dana (APERD),” jelas dia.

Kata Pintor, setelah membuka rekening efek di Perusahaan Sekuritas atau Perusahaan Efek, investor bisa mulai berinvestasi menggunakan sistem perdagangan perusahaan efek. Yakni baik secara online trading maupun dengan bantuan dealer perusahaan efek. Transaksi saham secara elektronik dengan penyelesaian transaksi T+2 atau saham yang di beli dan uang yang di terima oleh penjual dan pembeli di selesaikan dalam dua hari kerja.

“Transaksi penjualan dan pembelian bisa setiap waktu di jam perdagangan BEI. Investor juga perlu mempelajari lebih dahulu produk investasi yang ingin dibeli untuk masuk ke dalam portofolio investasi investor,” ungkapnya.

Pintor juga bilang investor harus melakukan analisis terhadap saham-saham pilihan. Baik analisis berdasarkan kinerja fundamental, maupun analisis teknikal.

“Semakin banyak produk investasi yang di miliki, semakin rendah risiko investasi. Sesuai strategi diversifikasi dalam investasi, “Don’t put your eggs in one basket”,” tandasnya.

Reporter : Siti Amelia

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -

Berita Pilihan

Danamon Dukung Pendidikan Inklusif Melalui Pengadaan Fasilitas Smart Classroom dan Program Literasi Keuangan di Universitas Sari Mutiara Indonesia

mimbarumum.co.id – PT Bank Danamon Indonesia Tbk (“Danamon”) melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Danamon Peduli kembali menegaskan...