mimbarumum.co.id – Membangun jejaring merupakan salah satu keistimewaan wartawan. Dengan menjadi wartawan, peluang untuk bertemu dan menjalin relasi dengan banyak orang akan semakin terbuka lebar.
Namun, memiliki jejaring yang luas tidak serta merta menjamin kesuksesan. Tantangan sesungguhnya adalah bagaimana menjaga dan merawat jejaring tersebut agar tetap kuat dan bermanfaat dalam jangka panjang.
Seorang motivator sekaligus mantan jurnalis, Aqua Dwipayana memotivasi dan berbagi pengalamannya kepada 40 wartawan dalam program Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara, di Hotel Grand Inna, Kamis (26/9/2024).
Menjadi pembicara dalam mata ajar ‘Membangun Jaringan Kerja Wartawan yang Berintegritas’, Aqua memberikan berbagai strategi penting yang dapat diaplikasikan oleh para wartawan untuk merawat hubungan baik dengan jejaring yang telah mereka bangun.
Aqua bilang, menjadi wartawan bukan hanya soal mengejar berita, tetapi juga bagaimana membangun kredibilitas, konsistensi, dan komitmen. “Teruslah membangun diri dengan konsep 3K ini,” tegasnya.
Kredibilitas, sambung pria berkacamata ini, membuat wartawan dihormati, konsistensi menjaga kepercayaan, dan komitmen menjadi fondasi yang kokoh dalam profesi ini.
Dia menjelaskan membangun jejaring dilakukan dengan komunikasi yang baik, tetap menghormati orang lain, dan menjaga silaturahmi tanpa pamrih. Itulah kuncinya.
“Kita harus berbeda dari yang lain, dan itu harus dimulai dari dalam diri,” ujar motivator yang pernah menjadi wartawan di harian Suara Indonesia (anak perusahaan Grup Jawa Pos) ini.
Di kesempatan ini, Aqua bercerita agar dapat mempertahankan jejaring, menjadi wartawan tidak boleh hanya hit-and-run, sekadar mencari informasi tanpa menjaga hubungan baik. Wartawan harus cerdas hati, bisa menjaga ego, dan selalu berpikir positif.
“Salah satu cara menjaga kualitas komunikasi adalah dengan tetap intens melakukan pertemuan tatap muka,” ungkap Aqua yang memilih berhenti menjadi pekerja bagi rang lain sejak tahun 2005 ini.
Dan untuk menjalin jejaring, di era komtemporer seperti saat ini, penting untuk melakukan pertemuan langsung.
“Dengan tatap muka, tulisan kita bisa punya ruh,” ungkap ayah dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero “Ero” Karamevita Dwipayana ini.
Dia mengungkapkan wartawan yang sering bertemu langsung dengan narasumber akan lebih mampu menulis dengan empati. Karena menurut penulis berbagai buku best seller ini, bertemu dapat merasakan langsung emosi dan suasana hati dari lawan bicaranya.
Siantar Man yang lahir pada 23 Januari 1970 ini, juga mengingatkan pentingnya memiliki harga diri dan integritas sebagai wartawan. Lantaran tidak semua informasi bisa dipublikasikan dan tidak semua tawaran harus diterima.
“Wartawan harus punya keberanian untuk mengatakan tidak, dan jangan sampai goyah dengan godaan apa pun,” katanya.
Karena sambungnya, integritas adalah landasan bagi wartawan untuk menyampaikan berita yang objektif, benar, dan jujur.
Tidak hanya itu, Aqua yang telah membantu membiayai ratusan orang berangkat umrah melalui Gerakan umrah The Power of Silaturahim (POS) ini, juga mengajak para wartawan untuk selalu bersyukur dan bersikap ikhlas dalam menjalani profesi ini.
Meski tantangan profesi ini begitu berat, sambungnya, kebahagiaan terbesar adalah ketika berita yang ditulis dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.
“Selagi hayat dikandung badan, jangan pernah berhenti berkarya,” pesan pria yang pernah bekerja PT Semen Cibinong ini.
Aqua mengungkapkan menjadi wartawan bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, dengan menjaga dan merawat jejaring yang telah dibangun, serta tetap berpegang pada integritas dan etika, profesi ini dapat memberikan kepuasan yang tak ternilai.
Seperti kata Aqua, “Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah kelas.”
Teruslah belajar, berjejaring, dan berkarya dengan sepenuh hati. Profesi wartawan adalah ladang yang subur untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan legacy yang berharga bagi generasi mendatang.
Reporter : Siti Amelia