mimbarumum.co.id – Enam majelis agama di Sumatera Utara berkomitmen memperkuat Profil Pelajar Pancasila untuk kemajuan pendidikan Sumut Bermartabat berlandaskan iman, taqwa dan akhlak mulia.Â
Demikian pernyataan sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut Persektuan Gereja Indonesia (PGI), Gereja Keuskupan Agung Medan, Walubi Budha dan Parisada Hindu dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) pada Coffee Morning bersama pimpinan majelis-majelis agama Sumatera Utara di Aula Dinas Pendidikan Provsu Jalan T Cik Ditiro Medan, Kamis pagi (5/1/2023).
Hadir disitu, Kadisdiksu Dr Asren Nasution MA, Kabid Pembinaan Ketenagaan Dr Suhendri MA, Kabid Pembinaan SMA M Basir Hasibuan, Kacabdis Medan Selatan R Zuhri Bintang, Kacabdis Medan Utara Arnina Lubis, Kacabdis Lubuk Pakam August Sinaga, Kacabdis Sunggal Budiman S Nasution, Kacabdis Kisaran Kurnia Utama, Dr Ansari Yamamah selaku moderator, anggota Komisi E DRPD Sumut Penyabar Nakhe dan Ketua Fraksi Partai Nasdem DPRD Sumut dr Tuahman Fransiscus Purba M.Kes, Ketua MKKS, para kepala SMAN/SMKN di Kota Medan.
Kadisdiksu Asren Nasution mengharapkan masukan dan peran majelis agama mendukung misi Sumut Bermartabat serta 8 skala prioritas pembangunan Sumut.
“Jika ada kekurangan guru agama di sekolah maka perlu upaya menambah kuantitas, selanjutnya bantu kami meningkatkan kualitas guru agama agar memiliki kompetensi,” harapnya.
Lanjut dia, guru agama tak mumpuni menghadapi tantangan zaman seperti kekerasan dan keruntungan pelajar. Makanya, peran majelis agama sangat penting meningkatkan profil pelajar pancasila.
“Disdiksu siap bekerjasama dengan pimpinan majelis agama menghadapi persoalan pendidikan di Sumut. Untuk membangun karakter, peran majelis agama sangat strategis diharapkan melalui pendekatan keagamaan,” ucapnya.
Wakil Ketua Umum MUI Sumut Dr Harso mengatakan, keberadaan MUI selain gerakan dakwah umat menjadikan ulama menanamkan dan memupuk aqidah islamiah juga mengembangkan akhlakul karimah serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
MUI Sumut mendukung profil pelajar Pancasila yang digagas Disdiksu. Pancasila tak bisa dipahami tanpa memahami pendidikan agama. Sebab dalam ketiga profil itu implementasinya adalah beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Sekum Umum PGI Pendeta Dr Eben Siagian menambahkan, tugas pokok guru mendidik dan mengajar. Guru sekarang lupa mendidik dan hanya mengajar. Aksi tawuran terjadi akibat moral. Padahal, semua agama mengajarkan pendidikan moral dan keimanan. Kurangnya sikap mendidik sehingga terjadi kemunduran moral.
Kemajuan iptek telah menjadikan kemerosotan kepribadian moral dan karakter anak bangsa. Dalam agama Kristen diajarkan kasih. Saat ini terjadi pergeseran dimana ajaran kasih dan agama tak bisa menjadi damai dalam keberagaman suku, ras dan agama.
Sedangkan, Ketua Gereja Keuskupan Agung Medan Daniel R Manulang mengatakan, profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab lulusan pelajar sepanjang hayat yang kompeten.
“Kita mengelola 204 pendidikan dasar dan menengah serta mendidik sekira 20 ribuan peserta didik akan mendukung program Kemendikbudristek untuk menanamkan pelajar Pancasila yang berkarakter,” tambahnya.
Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia JR Maslim Linggau mengatakan, dalam ajaran Konghucu bisa melahirkan anak tapi tak bisa mendidik anak itu kesalahan orang tua. Selama di sekolah guru mengajar waktunya terbatas akibatnya ada kesalahan guru yang kurang mendidik budi pekerti sehingga perlu diperbaiki dan dibenahi pendidikan moralitas.
Ketua Walubi Brilian Moktar juga menjelaskan, perlunya kurikulum Pancasila di sekolah untuk mewujudkan pelajar Pancasila.
“Mari kita pikirkan bagaimana meraih generasi emas 2045, apa upaya untuk melahirkan pelajar kedepan yang berkualitas. Kemerosotan moral dan etika sangat besar, karenanya dasar pendidikan itu adalah agama,” ujarnya.
Sementara Ketua Parisada Hindu Pinandita Manogren mengatakan, telah terjadi degradasi moral dan karakter. Bayangkan saja dari 15 juta penduduk Sumut, sekitar 1,5 juta pemakai narkoba. Ini disebabkan karena rendahnya pendidikan moral dampak degradasi akhlak yang menurun di kalangan anak bangsa.
“Kita prihatin karena banyak anak bangsa lupa teks Pancasila dan UUD 1945 yang selalu dibacakan siswa setiap apel di sekolah. Problem besarnya seperti pendidikan budi pekerti yang tidak lagi diajarkan sejak dini kepada pelajar. Untuk itu dibutuhkan pemahaman akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dan NKRI,” jelasnya.
Reporter : M Nasir