mimbarumum.co.id – Sejumlah penyair Indonesia membacakan puisi-puisi karyanya untuk mewarnai peluncuran 4 (empat) buku antologi Puisi Nusantara di Aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin, Gedung Ali Sadikin, Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki di Jakarta.
Acara yang mengambil tema itu “Ketika Jakarta Tak Lagi Menjadi Ibukota Negara” itu berlangsung pada Kamis (24/8/23) siang.
“Kehadiran empat buku antologi puisi Penyair Nusantara, Jakarta, dan Betawi sejak tahun 2019 sampai tahun 2023. Semoga tak berhenti di tahun ini,” kata Nanang R.Supriyatin selaku Ketua Penyelenggara peluncuran buku tersebut.
Dia berharap pada tahun depan ada gagasan dengan tema lain, misalnya Jakarta Pasca Pemilu tahun 2024.
Nanang dalam keterangan persnya yang diterima Mimbar Umum menambahkan peluncuran Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, Jakarta, dan Betawi 4 itu memilik momen yang tepat.
Yakni bersamaan dengan peringatan HUT ke -496 Kota Jakarta pada 22 Juni 2023, peringatan hari kelahiran Paus Sastra Indonesia Hans Bague Jassin, dilahirkan 31 Juli 1917, peringatan HUT ke-3 Komunitas Literasi Betawi, dan peringatan HUT ke-78 tahun Republik Indonesia.
“Pada kesempatan ini kita akan menyaksikan para penyair membacakan puisi-puisi mereka yang ada di buku antologi ini, ” ucapnya.
Dia memastikan audiens yang hadir pada peluncuran buku tersebut pastinya akan mendapatkan ilmu melalui diskusi dengan nara sumber yang sudah berpengalaman.
Menurut Nanang R Supriyatin- yang juga dikenal sebagai penyair dan sastrawan dari Kota Jakarta ini- Buku Antologi Puisi “Ketika Jakarta Tak Lagi Menjadi Ibukota Negara” telah mengalami proses yang cukup panjang, sehingga hasilnya sangat indah dan menawan, dengan tubuh yang kian gemuk.
Panitia diantaranya Sam Muchtar Chaniago, Asril Nur, Yahya Andi Saputra, Alghie Suwandi, Wahyu Toveng dan Piet Yuliakhansa yang telah bekerja secara maksimal.
Jejak Antologi Puisi Penyair Nusantara, Jakarta, dan Betawi berturut-turut tahun 2019 terbit Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara “Jakarta dan Betawi Doloe, Kini dan Nanti” (188 halaman).
Tahun 2021 terbit Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara “Jakarta dan Betawi 2” (420 halaman).Tahun 2022 terbit Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, Jakarta dan Betawi 3 “Titimangsa Lahirnya Peradaban Bangsa ” (318 halaman).
Pada tahun 2023 ini terbit Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, Jakarta, dan Betawi 4, ” Ketika Jakarta Tak Lagi Menjadi Ibukota Negara” (422 halaman).
Gambang Rancag Perlu Dilestarikan
Sementara itu Sam Muchtar Chaniago, Ketua Komunitas Literasi Betawi (KLB) mengatakan terkait pendanaan buku antologi puisi, Komunitas Literasi Betawi (KLB) sejak tiga tahun lalu masih terus mencari ‘celah’ agar komunitas sastra ini dapat hidup mandiri.
“Alhamdulilah tahun ini dapat support bantuan dana dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah.Terima kasih juga buat Pak Diki,” katanya.
Dikatakan lagi oleh Sam Muchtar chaniago dalam pembukaan acara peluncuran buku antologi.puisi ini sempat dimunculkan nuansa Betawi yaitu Gambang Rancag, sebuah seni pantun dari Betawi.
“Tadi sempat ditampilkan Rancag Komunitas Literasi Betawi berusaha.mentradisikan adanya nuansa Betawi dalam setiap acara kebudayaan Betawi.Rancag sebagai seni tradisi hampir atau nyaris lenyap, terutama bila tak serius membuat cerita dalam bentuk pantun, ” paparnya.
Dengan menggunakan pantun berkait, tambahnya dimana pantun dinyanyikan diiringi musik gambang kromong, maka disebut gambang rancak.
“Secara tradisi menceritakan kepahlawanan jagoan-jagoan Betawi, paling terkenal Rancag si Pitung.Apa saja bisa jadi ramcag, termasuk acara peluncuran buku ini, karena ini bentuk pelestarian budaya,” katanya.
Sedangkan Asrisal Nur, Pembina Komunitas Literasi Betawi (KLB) pada kesempatan memberi kata sambutan mengatakan tahun 2023 ini Komunitas Literasi Betawi (KLB) baru bisa terbitkan buku antologi puisi.
“Ke depannya KLB bisa membuat acara anugerah kepada seniman asli betawi.Di buku antologi puisi ini KLB masih bikin buku antologi puisi dengan iuran.Sebenarnya kita malu sebagai orang Betawi.Semoga iuran tahun depan tak ada lagi iuran,” pintanya.
Menurut Asrisal Nur, KLB bisa mensponsori , tentu dengan kurasi yang ketat, sehingga akan muncul penyair-penyair terpilih.
“Sehingga ke depannya KLB punya marwah.Jangan takut ke depan rezeki ada saja.Khusus pemberian anugerah ini sangat penting.Darimana duitnya, saya itu selalu yakin kegiatan untuk kepentingan bersama pasti bisa,” tegasnya.
Peluncuran Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, Jakarta dan Betawi 4 “Ketika Jakarta Tak Lagi Menjadi Ibukota Negara” diisi juga dengan baca puisi dari para kontributor seperti Wahyu Toveng, Mita Katoyo, Rissa Churia, Ace Sumanta, Nur Juwita, Ical Vrigar, Boyke Sulaiman, Nurhayati, Hannah Dinar Juwita, Denting Kemuning, Euis Sri Susilowati, Maesaroh, Gilang Teguh Pambudi, H.Shobier Poer, Piet Yuliakhansa dan terakhir baca puisi adalah Penyair Betawi Nurhadi Maulana Saibin.
Acara peluncuran dengan.MC.Putri Tania ini diisi juga forum diskusi dengan nara sumber Wina Armada, dan Ibnu Wahyudi serta moderator Sam Muchtar Chaniago.
Sumber : rilis
Kontributor : Lasman Simanjuntak