mimbarumum.co.id – Fenomena rencana pembebasan Ustadz Abu Bakar Baasyir oleh Presiden Joko Widodo mendapat penilaian berbeda dari seorang profesor fenomenal, Rocky Gerung. Ia menyebut adanya isu “gaduh” di kalangan istana menjadi indikasi negeri ini dalam keadaan tanpa arah.
“Saat ini kita ada di dalam keadaan tanpa arah. Karena isu terakhir, di Jakarta adalah perselisihan presiden dengan Menkopolhukam soal Abubakar Ba’asyir,” kata akademisi itu, Rabu (23/1/19) di Medan.
Rocky Gerung yang kerap memberikan kritik menohok kepada pemerintah, hadir di Medan dalam sebuah acara dialog bertajuk “Membangun Kecerdasan Akal Sehat dengan Menentukan Pilihan Presiden”. Acara politik itu digagas Pribumi Bersatu yang merupakan sayap organisasi Asosiasi Pengusaha Bumiputra Indonesia (Asprindo).
Presiden, katanya, menyatakan Abubakar Baasyir dibebaskan atas dasar kemanusiaan tanpa syarat, sementara Menko Polhukam justru mengatakan pembebasan itu membutuhkan pertimbangan dari sejumlah aspek.
“Ini menunjukkan istana mempertontonkan tidak demokratis. Bahkan jika hal seperti ini terus berlanjut hingga 17 April, bisa berimbas pada bisnis. Bahkan memberikan sinyal yang tidak baik bagi investor,” ucap intelektual yang kerap melontarkan pernyataan kritis itu.
Rocky menyebut ketidakjelasaan arah itu karena tidak adanya tuntunan akal sehat.
Lebihlanjut pria yang pernyataannya selalu dinanti banyak pihak itu membahas tentang kondisi ekonomi kekinian. Dia mengkritik angka-angka pertumbuhan yang diklaim mencapai 5 persen dan angka indeks gini ratio yang kerap dijadikan bahan kampanye pemerintah.
“Indeks gini itu mengukur pengeluaran saya dibandingkan dengan pengeluaran warga negara yang lain. Kalau gini rasionya nol artinya tidak ada kesenjangan, kalau satu adalah kesenjangan sempurna,” katanya.
Dia mencontohkan, jika di data secara statistik gini rasio dirinya dan dua orang pembicara lain yang sama-sama berada di depan peserta diskusi itu, maka akan diperoleh gini rasio mereka bertiga adalah nol.
“Tapi tidak di hitung aset, modal dan pendapatannya berapa. Jadi disitu ada kebohongan.
Itu menimbulkan kecemasan. Ukuran ekonomi juga dipalsukan atas nama elektabilitas,” ucapnya.
Rocky Gerung juga mengkritik pemerintah yang selalu mengklaim rakyat agar tidak usah khawatir terutama dengan kondisi pangan karena dinilai aman. Bahkan, katanya pada sebuah berita disebutkan pemerintah akan mengekspor beras jika panen raya karena kelebihan pasokan.
Menurutnya, pengertian kelebihan pasokan itu bukan karena pasokan berlebih, tetapi karena kebijakan sebelumnya dimana pemerintah telah keburu import sehingga stok pangan nasional penuh dengan beras import.
“Ada kekacauan terhadap soal-soal yang mendasar saat ini. Tapi pemerintah sangat percaya diri,” ucapnya dengan suara khasnya.
Ia juga menyoroti tentang ancaman krisis energi di daerah ini. Jika dibuat hitung-hitungan, sangat mungkin pada bulan Februari mendatang terjadi krisis energi di pulau Jawa mengingat hingga saat ini tidak ada pertambahan produksi power plan listrik.
“Jadi bayangkan satu Jawa itu black out. Mati lampu semua. Karena konsumsi terus,” tandasnya (mahbubah)