Ketidakpastian Geopolitik Ancam Perekonomian, Ini 5 Faktor Risiko yang Diwaspadai BI

Berita Terkait

mimbarumum.co.id – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengingatkan bahwa dinamika geopolitik dan perekonomian dunia saat ini mengalami perubahan yang sangat cepat, dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.

“Lima faktor risiko global yang perlu diwaspadai mencakup tingginya risiko geopolitik, fragmentasi pola perdagangan, serta perubahan pola pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tingginya suku bunga dan risiko utang, serta cepatnya digitalisasi antarnegara juga menjadi perhatian Utama,” ujar Perry berbicara saat Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2024, Rabu (22/1/2025).

Di awal tahun 2024, ungkapnya, ketegangan politik dunia tetap tinggi, terutama dengan berlanjutnya konflik antara Rusia dan Ukraina, serta serangan Israel ke Palestina.

Terpilihnya kembali Presiden Trump di Amerika Serikat diprediksi akan membawa perubahan besar dalam kebijakan luar negeri dan perdagangan, termasuk kemungkinan penerapan tarif tinggi terhadap negara-negara dengan surplus perdagangan besar.

- Advertisement -

“Hal ini dapat memicu retaliasi dari negara-negara tersebut dan berpotensi memperburuk kondisi pasar keuangan global,” tutur Perry.

Perry menekankan pentingnya respons bauran kebijakan ekonomi nasional yang optimal untuk mengantisipasi dampak dari dinamika perekonomian global ini, agar perekonomian Indonesia tetap stabil dan tumbuh di tengah ketidakpastian yang ada.

Indonesia Masih Optimis

Dinamika perekonomian global yang cepat berubah diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun 2025, dengan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat dari 3,3% pada 2023 menjadi 3,2% pada 2024.

Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa meskipun ada tantangan besar, seperti fragmentasi perdagangan dan risiko inflasi yang masih tinggi, Indonesia dan beberapa negara Emerging Market Economies (EMEs) menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.

Sementara ekonomi Amerika Serikat diperkirakan tetap kuat, risiko pemanasan ekonomi dan membengkaknya defisit fiskal menjadi perhatian. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan Kawasan Eropa diprediksi melambat akibat lemahnya permintaan domestik dan dampak dari tarif dagang yang tinggi.

Namun, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan permintaan domestik yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meskipun ada kendala dari perlambatan ekspor,” terangnya.

Perry menekankan bahwa meskipun tantangan global semakin kompleks, Indonesia harus tetap optimis dan siap menghadapi perubahan dengan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Reporter : Siti Amelia

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
spot_img

Berita Pilihan

Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Pastikan Pangkalan Resmi Siap Layani Kebutuhan LPG 3 Kg Masyarakat

mimbarumum.co.id - PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) memastikan bahwa pangkalan-pangkalan resmi (sub penyalur) LPG 3...