Kasus Ayah Bejat Itu di Mata Psikolog

Berita Terkait

mimbarumum.co.id – Kelakuan bejat yang diduga dilakukan YA alias Amat (34) terhadap dua putri kandungnya sungguh sangat memilukan. Perbuatan itu memang pantas mendapatkan ganjaran seberat-beratnya. Lalu, apa kata seorang psikolog tentang perilaku tersangka?

“Kasus hubungan seksual sedarah (incest), ayah ke anak, paman ke keponakan, kakek ke cucu merupakan kecenderungan perbuatan kejahatan seksual yang terjadi akibat distrosi kognitif,” kata Dra. Irna Minauli M.Si.

Psikolog Human Sexuality itu mengatakan pelaku yang melakukan perbuatan keji itu lantaran adanya gangguan dalam berpikir, dimana pelaku kejahatan menganggap bahwa anaknya itu adalah miliknya, sehingga seolah-olah ia boleh memperlakukan apa saja.

“Pelaku beranggapan kalau orang lain yang merusak anaknya, lebih baik ia duluan yang merusaknya,” ucapnya.

- Advertisement -

Perbuatan tersangka itu bisa saja karena ada masalah hubungan intim dengan istrinya. Bisa jadi istrinya tidak memuaskan secara seksual.

“Misalnya, istrinya kerja di luar negri, jadi anak-anaknya sering
berperan menggantikan sosok ibunya seperti memasak, menyapu, bahkan memijit tubuh ayahnya,” paparnya.

Apapun yang menjadi pemicu kekacauan berfikir pelakunya sehingga melakukan perbuatan biadab tersebut,maka hukuman yang sangat beras harus tetap diberikan.

“Harus ada hukuman yang sangat berat, sehingga tidak lagi dianggap masalah kecil. Pelaku sudah merampas masa depan anak itu. Apalagi dalam kondisi budaya kita yang masih menghargai virginitas,” ucapnya.

Psikolog itu mencontohkan adanya penerapan hukuman yang sangat keras dan setimpal di negara India.

Psikolog Human Sexuality, Dra. Irna Minauli M.Si.. (Mimbar/yanti)

Tentang perlakuan terhadap anak yang menjadi korban pencabulan itu, Dra. Irna Minauli M.Si. mengatakan harus ada penanganan khusus mengingat trauma yang mendalam.

“Trauma yang dialami anak-anak korban incest jauh lebih besar daripada yang dialami anak-anak korban pemerkosaan yang dilakukan orang lain,” ucapnya.

Anak korban pencabulan sedarah itu akan kehilangan kepercayaan diri karena ayah yang seharusnya menjadi pelindungnya justru berbuat keji padanya.

“Anak akan menjadi kehilangan kepercayaan, membuat mereka tidak berani membina kontak emosional dengan orang lain,” paparnya.

Psikolog itu menyarankan perlunya dilakukan penanganan psikologis untuk mengembalikan kondisi trauma dan menghindari efek jangka panjang yang buruk.

“Penangganannya dengan trauma healing. Melalui ekspresi gambar, melukis, menulis atau bermain dengan sifatnya terapi” bebernya.

Jika tidak dilakukan. katanya dikhwatirkan akan berlarut lebih parah dan efek jangka panjang akan lebih lama. (Yanti)

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -

Berita Pilihan

Sambut Idul Fitri 1446 H, Pembina Grib Jaya Kota Medan Bagi-bagi Daging untuk Pengurus

mimbarumum.co.id - Menyambut Idul Fitri 1446 H, Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Kota Medan membagikan daging sapi kepada masyarakat...