Islam dan Refleksi Diri

Berita Terkait

Oleh: Toguan Rambe
(Dosen UIN Syahada Padangsidimpuan)

 

Ummat manusia baru saja mengahiri tahun 2022 dan memasuki sekaligus mengawali kehidupan di tahun baru 2023. Boleh jadi pada tahun yang lalu kita sudah banyak menorehkan prestasi yang membanggakan baik untuk pribadi sendiri maupun terhadap orang banyak. Atau justru sebaliknya belum atau tidak banyak prestasi dan kebaikan yang kita torehkan sehingga pada tahun yang baru ini memunculan motivasi yang kuat untuk berbenah.

Moment pergantian tahun layaknya untuk menganalisa diri, karena dengan berganti tahun memang satu sisi menambah bilangan usia tetapi sisi lain mengurangi jatah usia. Mengingat berkurangnya usia manusia layak memperbaiki kesalahan dan meninggalkan kemaksiatan. Bukan sebaliknya malah menumpuk kesalahan dan memperbanyak maksiat.

- Advertisement -

Alangkah ruginya seseorang yang telah mengukir namanya dengan tinta kebaikan, tapi di ujung kehidupan dia mencoret nama tersebut dengan tinta keburukan. Jika kita melihat bagaimana anjuran Islam pada pergantian tahun yang akan dijalani, paling tidak ada dua hal penting yang perlu kita lakukan.

Pertama. Refleksi pangkal motivasi

Merefleksikan diri itu jauh lebih penting ketimbang membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Soalnya, dengan refleksi diri, kita dapat meningkatkan kesadaran diri serta mengetahui kelebihan dan kelemahan yang kita miliki.

Refleksi diri sejatinya merupakan hal yang rutin dilakukan oleh junjungan kita semua, Nabi Muhammad SAW. Dengan rutin refleksi diri, Nabi Muhammad SAW memiliki motivasi yang tinggi untuk memperjuangkan Islam dan umat-umatnya kala itu.

Dari situ, bisa dilihat bahwa refleksi diri memiliki peran yang begitu besar untuk menumbuhkan motivasi. Hanya melalui refleksi diri kita bisa mengembangkan diri dan mengubah kelemahan menjadi kekuatan.

Kerja motivasi dalam diri manusia tentu munculnya dorongan dalam kepribadiannya untuk memperoleh hidup yang baik, kebahagiaan dunia dan akhiran. Hal ini bisa kita lihat pada redaksi Alquran. “Untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta terhindar dari siksaan api neraka.

Firman Allah Swt “Dan diantara mereka ada orang yang berdo’a: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. al-Baqarah: 201).

Kedua. Menjadi Muslim yang lebih baik

Manusia pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. Menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya.

Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.

Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini.

Manusia berkualitas adalah manusia yang memiliki ciri sebagai hamba Allah yang beriman, berilmu pengetahuan dan keterampilan, yang dapat memberikan manfaat bagi sesama manusia.

Ketiga ciri utama ini didapatkan pada manusia yang takwa, sehingga manusia dan masyarakat berkualitas dapat pula diartikan sebagai manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah dengan memiliki sikap tawakkal, sabar, pemaaf, muhsin, dan selalu mau bersyukur.

Manusia yang berusaha meningkatkan diri dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki kemampuan inovasi, kemampuan melakukan perubahan serta mengajak orang untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Profil seorang muslim adalah insan yang ramah tetapi bukan lemah, serius tetapi familiar dan tidak kaku, perhitungan tetapi bukan pelit, penyantun tetapi mengajak bertanggung jawab, disipilin tetapi pengertian, mendidik dan mengayomi, kreatif dan enerjik tetapi hanya untuk kebaikan, selalu memikirkan prestasi tetapi bukan untuk dirinya sendiri.

Manusia sebagai makhluk istimewa dan terpilih

Salah satu anugrah Allah yang diberikan kepada manusia adalah mampu membedakan kebaikan dan kejahatan atau ketakwaan dan kedurhakaan ke dalam naluri manusia. Allah menanamkan kesiapan dan kehendak untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan yang akan menjerumuskannya pada kebinasaan.

Dengan jelas Allah menyebutkan bahwa dalam hidupnya, manusia harus berupaya menyucikan diri agar terangkat dalam keutamaan (QS. asy-Syam: 7-10).

Pergantian tahun yang terjadi harus mampu diisi oleh segenap manusia dengan hal-hal yang produktif, dalam mengawali proyeksi tersebut maka yang paling fundamental seperti yang dituliskan di atas yakni perbaikan dan peningkatan motivasi serta menjadi prbadi yang terbaik ditengah-tengah umat manusia.

Bukankah setia awal tahun mengajarkan seseorang menatap masa depan gemilang. Rahmat Allah meliputi segalanya. Setia manusia apalagi orang beriiman tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.

Dalam hidup selalu berharap dan berusaha memperbaiki keadaan. Waktu yang tersisa merupakan kesempatan emas untuk mengejar ketertinggalan. Menggunakan potensi yang terdapat pada diri kita masing-masing berupa karunia Tuhan untuk hal yang berguna buat kebaikan kehidupan masa.

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -

Berita Pilihan

Tebar Kebaikan di Ramadan, Unimed Buka Puasa Bersama

mimbarumum.co.id - Universitas Negeri Medan setiap hari menggelar acara buka puasa bersama di masjid Baiturrahman Kampus Unimed.  Kegiatan buka puasa...