In House Training di SMKN 4 Medan Merubah Mindset Guru

Berita Terkait

mimbarumum.co.id – Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum ke 11 yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Namun, Implementasi Kurikulum Merdeka belum mengalami perubahan di lapangan. 

Kepala SMK Negeri 4 Medan Fahrizal Marta Tanjung saat ditemui di sekolahnya Jalan Sei Kera Medan, Kamis (31/8/2023) mengatakan, seharusnya implementasi kurikulum Merdeka sudah memberikan perubahan di sekolah. “Kurikulum itu ternyata kalau kita lihat keluar di lapangan gaya mengajar guru di kelas itu tetap sama saja,” katanya.

Katanya, perubahan masih hanya sekedar perangkat-perangkat ajar pendidikan. “Sebenarnya merubah pola pikir (mindset) gurunya dulu yang seharusnya dilakukan dan kemudian bisa memperbaiki perangkat ajar, modifikasi mengajar di kelas,” terangnya.

“Jadi di SMK Negeri 4 Medan sudah kita buat di hati tak fokus hanya pada perangkat ajar. Ada In House Training (IHT) tidak fokus hanya pada perangkat aja tapi perubahan macam guru cara berpikir guru seperti apa jadi menceritakan cara pandang kita terhadap anak didik. Itulah bagaimana cara melihat mereka, karena anak keinginannya berbeda-beda. Jadi  guru harus paham itu,” tambahnya.

Artinya, tidak hanya paham persoalan perangkat saja dengan demikian ketika guru memahami ke siswanya, keunikan siswanya kemudian guru bisa merancang perangkat pembelajaran yang mengakomodir semua perbedaan itu.

“Hal itu yang diharapkan sebenarnya tidak hanya sekedar mengubah cara pembelajaran tapi juga mengubah juga tujuan pembelajaran. Tapi yang paling penting perangkatnya, ketika nanti kurikulum berubah sampai kapan pun kurikulum itu berubah,” ucapnya.

Kepsek menambahkan, memang apapun ceritanya kurikulum dengan sifatnya dinamis bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kalau kurikulum berubah sementara mindset gurunya tak berubah maka di dalam implementasinya di lapangan tak akan pernah berubah.

Menyinggung kebijakan Mendikbudristek Nadiem Makarim sekarang ini, Fahriza menilai konsepnya bagus tapi perlu pemahaman gurunya guru termasuk filosofi pendidikan yaitu paham seperti apa gerakan Kurikulum Merdeka yang memang mengacu pada pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Pada pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru berarti orang yang mengajar ilmu. Selama ini implementasinya pasti pada perangkat-perangkat yang materinya lebih pada persoalan-persoalan teknik pada persoalan yang lebih konvensional dan filosofis itu penting.

“Sekarang ini guru diharuskan mengikuti pelatihan mandiri masing-masing melalui aplikasi mengajar. Sulit kayaknya kita untuk ikut pelatihan mandiri menggunakan aplikasi karena pelatihan secara langsung saja belum tentu hasilnya bagus apalagi kemudian pakai aplikasi Merdeka Belajar,” katanya.

Lanjut Fahriza, jadi sebenarnya kelemahan simple dari implementasi kurikulum Merdeka ini akan berpengaruh pada mutu tamatan siswa. “Belum bisa diukur karena kurikulum Merdeka belajar sudah masuk tahun kedua. Sejak 2021, SMK menjadi pusat keunggulan mengharuskan pendidikan maju dan bermutu,” tambahnya.

Reporter : M Nasir

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -

Berita Pilihan

Lulus 100 Persen, Peserta Didik SMAN 21 Medan Terima SKL 

mimbarumum.co.id - Hasil rapat pleno dewan guru dan tata usaha di SMA Negeri 21 Medan mengumumkan sebanya 297 peserta...