Gubsu Minta Lapangan Merdeka Medan Dibongkar

Berita Terkait

Medan – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mendesak agar Lapangan Merdeka, Medan, dikembalikan fungsinya seperti semula. Gubsu Edy ingin Merdeka Walk yang jadi pusat jajanan ‘disingkirkan’ dari Lapangan Merdeka.

“Itu nanti, tak ada lagi Merdeka Walk itu di situ,” kata Edy di hadapan peserta FGD Rencana Program Pengembangan Jalan Metropolitan Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo) di Hotel Arya Duta, Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan, Rabu (20/11/2019).

Penataan Lapangan Merdeka, sambung Edy, merupakan bagian dari pengembangan program Mebidangro yang digagas saat ini. Termasuk di antaranya penataan transportasi dan pembangunan berbagai sarana.

Baca : Lapangan Merdeka Medan Makin Oke

- Advertisement -

Desakan penataan Lapangan Merdeka ini sudah beberapa kali disampaikan Edy. Dia ingin Lapangan Merdeka itu kembali sebagai alun-alun kota yang tertata baik, menjadi ruang terbuka hijau dan tempat aktivitas masyarakat, bukan pusat bisnis.

Sebab itu, pusat jajanan Merdeka Walk yang ada di sisi barat lapangan itu diminta dibongkar. “Harus ditata,” kata Edy.

Pusat jajanan Merdeka Walk itu berdiri pada 2005 seizin Wali Kota Medan Abdillah. Seiring dengan berdirinya berbagai bangunan di sekeliling Lapangan Merdeka, walhasil luas awalnya yang semula 4,8 hektare kini semakin berkurang.

Sejarah Singkat Lapangan Merdeka

 

Lapangan Merdeka merupakan icon kota Medan yang letaknya tepat di pusat kota, dan merupakan titik nol Kota Medan seperti ditetapkan pemerintah kota Medan. Secara administratif, lokasinya berada dalam Kecamatan Medan Petisah. Lapangan Merdeka dikelilingi berbagai bangunan bersejarah dari zaman kolonial Hindia Belanda, di antaranya Kantor Pos Medan, Hotel De Boer (Dharma Deli), Gedung Balai Kota Lama dan Gedung de Javasche bank (Bank Indonesia). Di sekelilingnya juga ditanami pohon trembesi yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Alun-alun ini direncanakan pembangunannya sejak 1872, sejalan dengan kepindahan Kesultanan Deli dan pusat administrasi bisnis 13 perusahaan perkebunan dari Labuhan Deli ke Medan. Lapangan ini aktif digunakan sejak 1880. Pada zaman Belanda, namanya adalah de Esplanade. Berbagai peristiwa bersejarah berlangsung di Lapangan Merdeka, termasuk upacara penyambutan pilot pesawat yang mendarat pertama kali di Medan pada 22 November 1924. Pada tahun 1942, nama Esplanade berubah menjadi Fukuraido yang juga bermakna “lapangan di tengah kota”. Fungsinya tetap sama, sebagai lokasi upacara resmi pemerintahan.

Setahun Sudah, Lapangan Merdeka Binjai Alih Fungsi

Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, pada 6 Oktober 1945 dilaksanakan rapat raksasa di Fukuraido yang menyiarkan secara resmi berita proklamasi Indonesia, yang dibacakan Gubernur Sumatera Muhammad Hasan. Pada 9 Oktober 1945, nama Fukuraido berubah menjadi Lapangan Merdeka dan disahkan Wali Kota Medan, Luat Siregar. Hingga sekitar tahun 1950, di Lapangan Merdeka juga terdapat Monumen Tamiang yang didirikan pemerintah Belanda untuk memperingati tentara Belanda yang menjadi korban dalam Perang Tamiang (1874-96). Di sebelahnya terdapat sebuah geriten (jambur Karo) yang kini juga telah tidak ada.

Saat ini sebagian areal Lapangan Merdeka telah dialih fungsikan, di antaranya sisi barat yang telah menjadi pusat kuliner Merdeka Walk, sisi timur yang berubah menjadi areal parkir bagi Stasiun Medan, sisi selatan yang menjadi kantor polisi dan lapangan parkir motor bagi pengunjung pusat jajanan. (dtk/Sb)

 

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
spot_img

Berita Pilihan

Sosialisasikan Perda Adminduk, Edi Saputra: Penyaluran Bantuan Pemerintah Berdasarkan Data Kependudukan

mimbarumum.co.id – Anggota DPRD Kota Medan, Edi Saputra, ST kembali melaksanakan Sosialisasi Peraturan Daerah (Sosper) Kota Medan Nomor 3...