Sabtu, Juli 6, 2024

Gazali Tewas, Polisi Bilang Tidak Didorong

Baca Juga

mimbarumum.co.id – Upaya aparat kepolisian dari sektor Medan Timur untuk memerangi peredaran narkoba berbuah pahit. Seorang pria tua tewas setelah mendapat dorongan dari dua orang petugas yang tengah melakukan penyisiran para tersangka.

“Saya dituduh melempari polisi, kemudian saya dibawa,” ucap Saleh (26) anak dari Gazali warga Jalan Ampera III, Kelurahan Glugur darat I,Kecamata Medan Timur, Kota Medan.

Saat dirinya ditangkap itulah, beber Saleh menjadi sebab awal kematian ayahnya. Gazali berusaha menghalangi aparat membawa Saleh, namun langkahnya itu dicegah petugas dengan car mendorong. Seketika pria itu jatuh terduduk, akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Sebelum meninggal, warga masih menyaksikan korban dalam keadaan sekarat. Mereka lalu membawa korban ke Rumah Sakit Imelda Jalan Bilal Medan untuk mendapatkan penanganan. Namun, nyawa korban tidak dapat diselamatkan.

“Kami tak terima kejadian ini, kami keluarga akan mengadu ke Propam Polda,” kata Saleh dengan isak tangis sedih menyaksikan kematian ayahnya.

Sementara itu, Kapolsek Medan Timur Kompol Muhammad Arifin membantah korban Gazali meninggal karena didorong saat penggerebekan.

“Gak ada didorong dan bukan karena didorong. Dari keterangan warga, korban ada riwayat sakit jantungnya,” pungkasnya.

Informasi yang dirangkum, peristiwa ini terjadi pukul 18.00 WIB. Saat itu puluhan anggota polisi bersenjata lengkap merangsek masuk ke kawasan yang kerap disebut sebagai kampung narkoba.

Saat penggerebekan berlangsung, polisi menyasar salah satu rumah yang ditinggali warga bernama Ammar dan keluarganya. Ketika itu, anggota disebut tidak didampingi kepala lingkungan atau pemerintah setempat.

Melihat hal tersebut, kerabat Ammar bernama Novita menilai aparat telah menyalahi prosedur. Dia kemudian meminta sepupunya bernama Saleh untuk memanggil kepala lingkungan. Saleh pun bergegas pergi.

Saat kembali usai memanggil kepala lingkungan, tiba-tiba beberapa petugas malah mengejar Saleh. Dia dituduh melakukan pelemparan ke arah polisi yang sedang melakukan penggerebekan.

“Memang situasi saat itu sangat kacau. Terjadi dorong-dorongan antara polisi dan warga. Enggak tahu siapa yang melempar dan terjadi dorong-dorongan di belakang Masjid Jami,” kata Novita di rumah duka.

Dalam keadaan tersebut, Gazali ternyata terlibat aksi saling dorong dengan polisi tersebut. Dia berjibaku mencoba mempertahankan anaknya Saleh yang dibawa petugas karena tuduhan pelemparan batu tersebut. Keluarga meyakini jika Saleh sama sekali tidak terlibat.

“Uwak saya bilang, anak saya enggak salah dan saya juga sahuti, apa salah sepupu saya hingga kalian (polisi) bawa. Dan dijawab, dia melempar batu dan saya bilang tidak ada karena saya menyuruh dia memanggil kepala lingkungan,” ujarnya.

Saat kondisi kacau dan saling dorong terjadi, Gazali jatuh tersungkur beberapa kali. Namun dia tetap berusaha keras mempertahankan anaknya agar tidak dibawa polisi.

Setelah jatuh bangun, Gazali akhirnya mengalami kejang dan wajahnya membiru. Keluarga dan warga sempat membawanya ke rumah sakit, namun nyawa pria paruh baya itu tak tertolong dan mengembuskan napas terakhirnya.

“Kayak binatang kalian buat anak aku ya. Anak aku pun enggak salah mau kalian bawa. Apa salah anakku. Jangan kalian bawa anakku,” ucap Novita menirukan perkataan Gazali sebelum wafat.(sin/tri)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kepala BPMP Sumut Apresiasi Festival Kurikulum Merdeka 2024 Berjalan Sukses

mimbarumum.co.id - Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara (BPMP Sumut) sebagai UPT Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi...

Baca Artikel lainya