mimbarumum.co.id – Di perkembangan zaman saat ini, musik-musik di dunia selalu mengalami perubahan. Tidak hanya musik yang mengalami perubahan tersebut, bahkan alat-alatnya juga mengikuti perkembangan trend saat ini. Seperti gitar yang mempunyai banyak jenisnya, diantaranya ada gitar akustik, gitar klasik, gitar listrik, dan jenis lainnya.
Selain gitar dan alat musik lainnya yang mengalami perubahan, ada alat musik yang masih tetap bertahan dan hanya mengalami perbuahan bentuk saja dan masih sering digunakan saat ini, yaitu alat musik gambus. Gambus merupakan alat musik yang berasal dari Timur Tengah dan masuk ke Indonesia khususnya di Melayu Riau pada tahun 1800-an.
Gambus adalah alat musik yang terbuat dari kayu nangka dan memiliki model yang sedikit berbeda di setiap daerah, seperti daerah Riau dan Kalimantan. Gambus dimainkan dengan cara dipetik seperti gitar dan memiliki senar mulai dari 3 senar hingga 12 senar dengan menggunakan senar nilon ataupun senar baja.
Gambus memiliki perkembangan yang luar biasa di Indonesia dan populer di masa kerajaan atau kesultanan. Syahrial Felani atau sering disapa dengan sebutan Mak Yal, seorang seniman di Sumatra Utara menyebutkan, gambus biasanya dipakai di acara perkawinan.
“Gambus dijadikan media untuk mengungkapkan kemampuan orang-orang berseniman dulu. Gambus Digunakan di acara-acara perkawinan yang bernuansa islam dan digunakan dalam tariannya atau ketika berpantun,” sebutnya di Progam Mimbar Budaya yang tayang di Youtube Mimbar Umum Online Selasa (19/4/22).
Mak Yal mengungkapkan, pembuat gambus di Indonesia masih sedikit dan hampir susah untuk ditemui karena masih sedikit orang-orang yang tahu dan tertarik tentang gambus.
“Akhirnya Mak Yal membuat satu per satu gambus, sampai akhirnya terbuatlah 410 gambus. 10 di rumah dan 400nya keluar ke Inggris, Amerika, dan seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Mak Yal mengatakan, gambus bisa mengikuti lagu di zaman modern ini seperti lagu pop, namun masih bernuansa arabic karena suara gambus merupakan suara rindu sebagai mediumnya.
“Kami pernah mainkan dengan kelompok Tujuh Keliling dan mengikuti lomba-lomba musik religi dan itu juara terus, sudah menggabungkan musik-musik modern dengan tradisi,” katanya.
Reporter: Zaim Dzaky