Selasa, Juli 9, 2024

Dewan Kebudayaan Dilahirkan Namun Tidak Dirawat Baik

Baca Juga

mimbarumum.co.id – Seniman teater asal Surabaya, Jawa Timur, Arif kriying Hidayat, menyayangkan dewan kebudayaan dilahirkan namun ternyata tidak dirawat dengan bai, terutama pada tataran birokrasi.

“Seringkali kegiatan banyak, program banyak, namun tidak disediakan ruang dan anggaran pelaksanaan yang sepadan,” katanya, Selasa (12/12/23), menanggapi pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Dewan Kesenian/Kebudayaan se-Indonesia ditaja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 10–14 Desember 2023, di Jakarta.

Menurutnya, dewan kebudayaan sangat berhubungan dengan strategi kebudayaan danbpembangunan bangsa. Tak ayal, seringkali pengurusnya merupakan kolaborasi pelaku dan birokrasi.

Untuk mengejawantahkan tujuan strategi pembertahanan seni budaya, sebutnya, perlu tujuan, sarana, dana, dan program.

“Namun, sering kali atau mungkin banyak kali fungsi itu tak terbangun secara baik dengan tidak terjadinya komunikasi antara pemerintah daerah dan pelaku seni. Akibatnya, kurang kesepadanan harapan dan fakta di lapangan,” katanya.

Anggota Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) ini juga menyebutkan, kolaborasi pelaku, akademisi, dan birokrasi menjadi trisula bagi tujuan pokok pembangunan strategi budaya dalam wadah dewan kebudayaan.

Namun, dari tiga unsur tersebut seringkali perjuangan hanya berjalan karena perjuangan pelaku. “Sementara, akademisi dan birokrasi memberikan ruang sempit untuk dialog, meski hal itu tak selalu terjadi di tiap wilayah,” ujarnya.

Di Makassar, Sulawesi Selatan, Arif mengaku pernah membentuk Dewan Kesenian Mahasiswa akibat kebekuan dewan kesenian di kota tersebut. Pembentukannya, melalui Musyawarah Masyarakat Kampus yang ada di Makassar. Sangat efektif, karena kemudian ada geliat di Society de Harmoni, apresiasi seni, dan workshop kesenian di kampus.

“Pengurusnya terdiri atas masyarakat kesenian kampus dan wartawan yang sepemikiran,” katanya seraya menyebutkan, meski sebenarnya kebudayaan merupakan unsur politik dalam bentuk menyatukan gagasan namun selama ini banyak diabaikan oleh pemerintah terutama Pemerintah Daerah.

Katanya, membangun mentalitas dan karakter bangsa tidak sekadar pada bentuknya saja, melainkan memerlukan tindakan internalisasi dan sosialisasi. “Kita adalah bangsa yang mempunyai akar budaya yang jelas. Kalau ke depan semakin tidak jelas, maka generasi selanjutnya akan tercerabut dari akar budayanya,” sergahnya.

Berkaitan itu, tokoh teater asal Palu, Sulawesi Tengah, Emhan Saja, justru mempertanyakan keberadaan dewan kesenian dan dewan kebudayaan. “Pertanyaan saya cuma satu, dewan kesenian atau kebudayaan dibentuk karena ada masyarakat seniman dan budayawannya. Nah, apakah masyarakat seni dan budaya membutuhkan lembaga tersebut,” tanyanya.

Dikatakannya, tanpa lembaga tersebut seniman dan budayawan tetap berkarya. Menurutnya, untuk apa ada lembaga tersebut, kalau tidak dapat mengakomodasi masyarakatnya, sehingga terkesan hanya menjadi fasilitator untuk kepentingan pengurusnya dan mencari keuntungan pribadi di lembaga tersebut.

“Kalau sudah begitu, ini hanya akan menjadi pemecah belah para seniman. Maka, masih dibutuhkankah lembaga tersebut?” tukas Pengawas Yayasan Pelaku Teater Indonesia ini.

Kemdikbudristek dalam siaran pers yang diterima _Mimbar_ menyebutkan, Dewan Kesenian dan/atau Dewan Kebudayaan merupakan organisasi atau lembaga yang lahir dari masyarakat yang disahkan dan dikukuhkan oleh pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota sebagai mitra aktif dalam upaya pemajuan kebudayaan dan kesenian.

“Artinya, Dewan Kesenian dan/atau Dewan Kebudayaan merupakan representasi masyarakat seni-budaya secara umum,” sebut Bambang Prihadi dari Dewan Kesenian Jakarta selaku pelaksana Munas.

Bambang menyebutkan, Munas yang dibuka Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid itu secara spesifik bertujuan untuk penyusunan agenda transformasi Dewan Kesenian dan/atau Dewan Kebudayaan menuju peran dan fungsinya yang ideal demi pemajuan kesenian dan kebudayaan Indonesia masa depan.

Reporter : Suyadi San

1 KOMENTAR

  1. EVALUASI BELUM MENJADI KEBIASAAN. DENGAN DEMIKIAN BANYAK LEMBAGA DIBENTUK LALU TAK ADA KEGIATAN DAN LALU DIBENTUK YANG LAIN LAGI. DEWAN KESENIAN DILUAR JAKARTA KAN DIBENTUK ZAMAN ORDE BARU DIMANA BERADA DIBAWAH GUBERNUR WAKTU ITU. SELANJUTNYA YA TINGGAL APA KABARNYA? BAGUS JUGA ADA SEMANGAT PERUBAHAN. TINGGAL MARI DUKUNG DAN TUNGGU KENYATAANNYA. TENTU SI SENIMANNYA YA ADA ATAU TIDAK ADA YANG NGURUSI TETEP AJA BERKARYA. TAK PERLU MENGELUH KARENA SUDAH PIL;IHAN HIDUP KOK. HORAS SALAM JABAT MERDEKA BERKARYA.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Dukungan Mengalir dari Tokoh Masyarakat kepada Zaki Hamdani untuk Maju di Pilkada Deli Serdang

mimbarumum.co.id - Dukungan terus mengalir kepada Zaki Hamdani untuk maju di Pilkada Deli Serdang pada November mendatang. Kali ini...

Baca Artikel lainya