mimbarumum.co.id – Keriangan Dedek Ari Pandi kini berubah drastis. Ia tak lagi seperti teman-temannya yang asyik bermain selepas pulang sekolah. Remaja ini hanya berdiam diri di dalam rumahnya di Desa Suka Damai Dusun 11 Pintu Air Sei Bamban Kabupaten Sergai, Sumatera Utara.
Kedua orangtua Dedek merasakan kesedihan yang mendalam atas kondisi yang menimpa anaknya itu. Kasman dan Sariatik sudah berusaha untuk memulihkan kondisi anaknya, namun hingga kini belum menunjukkan hasil.
Kini, pasangan suami isteri itu menaruh harapan besar kepada pihak Rumah Sakit Murni Teguh bisa menyembuhkan anak lelakinya yang divonis terkena kanker tulang itu.
Namun di tengah harapan itu, keluarga yang hanya mengandalkan biaya hidup
dari kerja mocok-mocok (buruh bangunan) itu tersandung biaya pengobatan yang menurut ukuran keuangan keluarga tesebut cukup mahal.
Ia memang menggunakan layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk pengobatan anaknya itu, namun ternyata tidak semua biaya pengobatan tercover badan kesehatan itu.
Tak hanya beban biaya pengobatan, Kasman juga sudah sangat terbebani dengan biaya keperluan sendiri selama ia dan istrinya menjaga anaknya yang
sedang dirawat inap di rumah sakit tersebut.
“Kami hanya bisa berdoa dan terus berusaha dengan kemampuan yang kami punya. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kami untuk terus sabar menunggu kesembuhan Dedek,” harapnya.
Kerabat dekat Dedek, Sri Tuti Murni menyebutkan tentang awal Dedek mengalami kondisi yang menyebabkania harus terus berbaring di tempat tidur.
“Awalnya Dedek jatuh dari sepeda motor. Namun selang beberapa bulan kemudian Dedek merasakan sakit dan di lututnya timbul benjolan kecil,” terangnya.
Karena Dedek semakin merasakan sakit, dan benjolan makin besar, orangtua Dedek sempat membawa berobat ke salahsatu rumah sakit di Kabupaten Sergai.
Orangtua Dedek terkejut saat rumah sakit tersebut mengatakan bahwa hasil pemeriksaan ternyata Dedek terkena kanker tulang. Sehingga kakinya harus diamputasi.
Mendengar itu, Dedek histeris hingga menjerit tidak mau kakinya diamputasi. Akhirnya mereka meninggalkan rumah sakit tersebut.
“Dalam empat bulan, benjolan itu semakin membesar dan Dedek merasakan sakit yang tak bisa dia tahan, sehingga keluarga semakin bingung, dan membawanya ke rumah sakit di Medan,” katanya.
Namun sampai di Medan, malah diagnosa kalau Dedek mengidap tumor, jadi
harus benar benar fokus dalam pengobatannya. Kebingungan semakin melanda kedua orangtua Dedek. Akhirnya mereka pulang lagi ke rumah, disebabkan biaya pengobatan yang mahal.
Lalu kedua orangtuanya mencoba membawa Dedek ke pengobatan alternatif
(herbal) yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Namun tak kunjung mendapatkan hasil.
“Karena tak ada perubahan pada kondisi Dedek, akhirnya kami nekat embawa
kembali Dedek berobat ke rumah sakit yang ada di Medan dengan menggunakan BPJS, tapi ada beberapa biaya yang tak bisa menggunakan BPJS, ” ujarnya sedih.
Saat ini, harapan orangtua Dedek semoga Dedek cepat sembuh seperti semula.
Dia juga berharap ada orang yang berniat baik membantu mereka untuk proses pengobatan anak bungsu dari 3 bersaudara itu.
“Semoga Dedek bisa sehat seperti anak-anak lainnya,” ucapnya. (Ml)