Jumat, Juli 5, 2024

Anggota DPR Romo Syafi’i: Nilai Pancasila Mempersatukan, Sementara Liberal-Komunisme Memecah Belah

Baca Juga

mimbarumum.co.id – Anggota DPR dan MPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, H.Raden Muhammad Syafi’i SH MHum mengakui, akhir-akhir ini kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia mengalami fase yang sangat mengkhawatirkan. Hal itu terlihat dengan derasnya upaya – upaya memecah belah rakyat (Polarisasi).

“Bahkan menjadi paradoks ketika para pemecah belah (buzzer Rp) seakan mendapat perlindungan dari rezim atau kekuatan dengan membentuk narasi pembelahan (polarisasi) dengan pancasila harga mati, NKRI harga mati, dan membentuk narasi bahwa politik identitas sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun di saat bersamaan mereka para buzzer Rp tersebut malah membuat narasi yang menonjolkan politik identitas yang malah membuat perbedaan atau memecah belah (polarisasi) : seperti narasi : Presiden Indonesia 2024 tidak akan bisa menjadi Presiden bila bukan dari suku jawa, atau narasi yang menempatkan Islam menjadi dimusuhi dengan kalimat Islam itu bukan arab dan kata kata radikal. Cebong-Kadrun sangat kental mengandung Islam Phobia atau kebencian kepada Islam,” kata Raden Muhammad Syafi’i di sela-sela paparan sosialisasi 4 Pilar MPR RI digelar di Aula Rumah Aspirasi Romo Center di Jalan Bunga Baldu Medan pada 2 Nopember 2022.

Dalam siaran persnya diterima Mimbar Umum, Sabtu (3/12/2022), Sosialisasi 4 Pilar MPR itu diikuti sebanyak 150 pengurus dan Anggota Fahmi Ummi Kota Medan. Raden Muhammad Syafi’i akrab disapa Romo memaparkan, bila menapak tilas kebelakang tentang sejarah perjuangan bangsa agar merdeka sangat jelas diperjuangkan oleh para ulama, para pemuda kental dengan politik Identitas seperti : Jong Java, Jong Sumatera, Jong Islaieten Bond, Jong Batak, Jong Ambon dan lainnya.

“Semua ini kental dengan identitas kedaerahan karena mereka para pemuda dalam Kongres Pemuda berhasil membuat keputusan yang mempersatukan bukan memecah belah,” kata Anggota Komisi III DPR RI membidangi hukum ini.

Namun sebaliknya hari ini, jelas Romo Suafi’i, pasca reformasi rakyat Indonesia disuguhkan dengan “jualan” narasi- nasari yang memecah belah oleh mereka-mereka yang hanya peduli dengan materi dan jabatan dalam kepentingan yang sempit dan jangka pendek, tanpa peduli terhadap konsekuensi dan potensi bangsa akan terbelah ( polarisasi) dan NKRI berpotensi bubar.

“Sejujurnya juga elit kekuasaan berkontribusi dan mengambil peran ambil bagian memelihara para buzzer Rp ini dan sangat jelas demi motif mempertahankan kekuasaan dan jabatan serta materi. Dan mereka tak peduli bahwa materi itu berasal dari uang pajak rakyat atau pajak – pajak rakyat, penjual bakso, pengemudi ojek, penjual goreng, petani, buruh, dan masyarakat terpinggirkan lainya,” papar Anggota DPR RI Dapil Sumut 1 ini.

Maka dalam sosialisasi 4 Pilar MPR kali ini, Romo Syafi’i mari mengajak semua kalangan agar sadar dan mulai bergerak untuk menjadikan kedaulatan rakyat sebagai kekuatan untuk menghempang serta menghentikan kedaulatan elit yang berkolaborasi dengan kedaulatan oligarki (pemilik modal). Di sela pemaparan tersebut, seorang peserta bernama Ranidah mempertanyakan kepada Romo Syafi’i soal istilah Politik Identitas terkesan dijadikan alat untuk menyudutkan umat Islam.

“Fakta ini jelas bagian dari upaya agar umat Islam takut atau khawatir untuk berani, bersikap bahwa Islam bukan sekedar alat untuk tujuan sempit, tapi bahwa ajaran Islam itu universal mengandung nilai–nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Sehingga nilai-nilai ini sering disikapi dan dibenturkan dengan nilai-nilai sekuler, liberal dan kapitalisme global, tapi yang jelas saat ini terungkap dan membuka bobroknya bahwa nilai-nilai liberalisme, komunisme, dan kapitalisme lebih condong kepada “melemahkan yang sudah lemah” dan eksploitasi manusia serta sumber daya alam yang menyebabkan kelestarian, keseimbangan alam rusak,” jelasnya.

Sementara, laniut Romo Syafi’i, dalam Islam fungsi manusia adalah untuk memakmurkan dan memelihara keseimbangan alam semesta, dengan eksistensi manusia sebagai pemegang mandat dari Allah sebagai pengelola alam.

“Intinya nilai – nilai luhur Pancasila memiliki kekuatan untuk mempersatukan sementara nilai-nilai liberal dan komunisme cenderung mengeksploitasi dan memecah belah,” tegas Romo Syafi’i.

Dijelaskan, ikrar sumpah pemuda 1928 bukti bahwa meski para pemuda hadir dengan politik identitas yang berbeda – beda namun kesatuan tentang masa depan Indonesia yang merdeka, para pemuda bersatu dalam satu tekad dan ikrar. Yaitu bertumpah darah satu, tanah Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia. Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.

Reporter : Jamaluddin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kepala BPMP Sumut Apresiasi Festival Kurikulum Merdeka 2024 Berjalan Sukses

mimbarumum.co.id - Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara (BPMP Sumut) sebagai UPT Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi...

Baca Artikel lainya