Beranda blog

Perkuat Kolaborasi, TNI-Polri dan Forkopimcam Tanjung Beringin Laksanakan Program Makan Bergizi Gratis

0

mimbarumum.co.id – Sinergi apik antara TNI-Polri dan unsur Forkopimcam terlihat jelas dalam kegiatan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Koramil 11 Tanjung Beringin, Kodim 0204/DS, di SMP Swasta Berdikari, Desa Pekan Tanjung Beringin, Serdang Bedagai, Jumat (20/6/2025).

Polsek Tanjung Beringin yang diwakili Waka Polsek Ipda Brimen Sihotang, SH, MH, bersama personil turut menghadiri dan mendukung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis ini.

Acara dipimpin oleh Mayor Inf Ponidi, Perwira Penghubung dari Kodim 0204 Deli Serdang, dihadiri para Danramil sejajaran Kodim 0204 Deli Serdang, Camat Tanjung Beringin yang diwakili Kasi Pemerintahan Dosrin Sihotang, Kepala Puskesmas drg. Sherly Mutia Hutabarat, perwakilan Pos Kamla, Praka Angga.

Turut hadir Kepala Desa Pekan Tanjung Beringin Ir. Indra Syahputra, Kepala Sekolah SMP Swasta Berdikari Muhammad Mardiansyah, SE, para personil Koramil 11 dan Polsek Tanjung Beringin, Bhabinkamtibmas Aiptu Suridanto Saragih, serta para guru SMP Swasta Berdikari.

Sebanyak 200 porsi makanan bergizi disiapkan dan dibagikan kepada siswa. Menu yang diberikan berupa nasi putih, ayam goreng, sop wortel, buah semangka, dan susu kotak.

Kegiatan berlangsung tertib dan penuh antusiasme dari para siswa. Dengan kegiatan ini, diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi para siswa sekaligus mempererat sinergi antara TNI, Polri, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Reporter: Jafar Sidik

Terkait Masalah Parkir di RS Pirngadi, Komisi III Segera Panggil Bapenda Medan

0

mimbarumum.co.id – Komisi III DPRD Kota Medan akan segera memanggil Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Medan terkait masalah sistem dan tarif parkir di RSUD dr Pirngadi Medan yang kini menjadi polemik dan viral di media sosial.

Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Medan, H.T Bahrumsyah mengatakan, hal ini perlu dibahas untuk memastikan dan mengakaji lebih dalam terkait sistem dan tarif parkir yang dinilai cukup memberatkan bagi pasien ataupun pengunjung yang datang ke RS milik Pemko Medan tersebut.

“Parkir di RS Pirngadi Medan itu masuk ke pajak parkir, bukan retribusi parkir. Untuk itu, saya rasa kita perlu memanggil pihak Bapenda untuk membahas masalah ini,” ucap Wakil Ketua Komisi III DPRD Medan, H.T Bahrumsyah, Rabu (18/6/2025).

Dikatakan Bahrumsyah, sejatinya saat ini pengelolaan RSUD dr Pirngadi Medan sudah berbentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Penuh. Dengan begitu, RSUD dr Pirngadi Medan berhak untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam mengelola rumah sakit tipe B tersebut, termasuk pengelolaan parkir yang ada di sana.

“Tidak ada yang salah dengan sistem parkir yang dikelola pihak ketiga. Asal, pengelolaannya juga tidak melanggar aturan yang ada di Pemko Medan. Untuk itu perlu kita bahas bersama, apakah sistem parkir yang dijalankan pihak ketiga itu sudah benar atau tidak,” ujarnya.

Selanjutnya, Bahrumsyah juga turut menyoroti masalah tarif parkir reguler atau non berlangganan (bulanan) yang diterapkan di RSUD Pirngadi. Mengingat, tarif parkir secara progresif itu cukup banyak dikeluhkan oleh pengunjung ataupun pasien.

“Nanti akan kita bahas bagaimana penghitungan tarif parkir progresif itu. Kita dengar memang cukup banyak yang mengeluh, karena tarif parkirnya sudah seperti parkir di mall. Sementara, RS Pirngadi merupakan rumah sakit milik pemerintah (Pemko Medan),” katanya.

Menurut Bahrumsyah, sangat baik apabila RS Pirngadi ingin mengelola rumah sakit tersebut secara profesional sehingga bisa lebih maju, memiliki daya saing, dan. Akan tetapi, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum menerapkan sistem yang baru.

“Parkir dengan sistem portal atau non konvensional ini pastinya merupakan sebuah bentuk kemajuan, tentunya kita mendukung kemajuan di RS Pirngadi Medan. Tetapi dalam pelaksanaannya, kita perlu memperhatikan hal-hal lainnya, apalagi bila memberatkan banyak pihak, makanya saya bilang ini perlu dibicarakan lagi, baik dengan Bapenda maupun dengan pihak RS Pirngadi Medan,” tegasnya.

Bahrumsyah berharap, kedepan RS Pirngadi Medan dapat lebih maju dan profesional dalam pengelolaannya, sehingga mampu bersaing dengan RS-RS swasta di Kota Medan.

“Kita ingin yang terbaik untuk RS Pirngadi Medan. Untuk itu, kebijakan yang ada di RS tersebut harus membuat RS tersebut lebih maju dan lebih banyak dikunjungi oleh pasien. Selayaknya RS Pirngadi bisa menghasilkan pendapatan yang cukup besar bagi Kota Medan disertai dengan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Komisi II DPRD Medan menggelar RDP guna membahas masalah parkir yang terjadi di RSUD dr Pirngadi Medan, Senin (16/6/2025) sore. Dalam rapat itu, turut hadir dr Ramadhani Soeroso, direksi RSUD dr Pirngadi, dan CV Samaru sebagai pihak pengelola parkir.

Reporter: Jafar Sidik

Suara Kritis Mahasiswa Perempuan di Medan Tolak Kekerasan Seksual

0

mimbarumum.co.id – Puluhan mahasiswa perempuan yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Cipayung Plus Sumatera Utara menggelar aksi damai bertajuk “Indonesia Darurat Pelecehan” di depan Pos Bloc Medan, Jumat (20/6/2025).

Aksi ini dipimpin oleh Koordinator Aksi, Khairunnazwa Simanjuntak, yang menyampaikan pernyataan sikap tegas terkait maraknya kasus kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

Dalam pernyataan sikap yang dibacakan, Aliansi Perempuan Cipayung Plus menegaskan, “Tegakkan Martabat Perempuan, Hentikan Kekerasan Seksual!” Mereka menyampaikan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kasus kekerasan seksual, yang baru-baru ini kembali mencuat setelah tindakan pelecehan yang dialami oleh Kahiyang Ayu, istri Gubernur Sumatera Utara, di media sosial.

Tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk kekerasan verbal, seksual, dan simbolik yang tidak dapat ditoleransi.
“Peristiwa ini bukan hanya serangan terhadap individu, tetapi juga mencerminkan kultur misoginis yang masih tumbuh subur di ruang publik dan dunia digital,” ungkap Khairunnazwa.

Ia menekankan bahwa perempuan, termasuk mereka yang memiliki posisi sosial dan politik tinggi, tidak luput dari potensi menjadi korban pelecehan.

Dalam aksi tersebut, para mahasiswa perempuan menyampaikan lima tuntutan utama:
1. Penangkapan dan proses hukum terhadap pelaku pelecehan Ibu Kahiyang Ayu, serta pemberian sanksi tegas sebagai efek jera.
2. Penyelesaian seluruh kasus kekerasan seksual di Sumatera Utara, baik di kampus, ruang publik, maupun ranah digital.
3. Desakan kepada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk responsif dan berpihak pada korban, serta menegakkan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) secara adil.
4. Pembentukan forum advokasi dan bantuan hukum oleh Perempuan Cipayung Plus Sumatera Utara untuk mendampingi korban kekerasan dan pelecehan seksual.
5. Ajak masyarakat untuk membangun budaya yang aman dan adil bagi perempuan, serta memberantas konten seksis dan ujaran kebencian di media sosial.
Aksi ini diakhiri dengan seruan kepada seluruh elemen bangsa, khususnya generasi muda dan mahasiswa, untuk tidak tinggal diam terhadap pelecehan yang menimpa perempuan.

“Hari ini Ibu Kahiyang Ayu menjadi korban, besok bisa siapa saja. Jika perempuan dengan posisi tinggi pun bisa dilecehkan, maka perempuan tanpa privileg apa pun berada dalam risiko yang jauh lebih besar,” tegas Khairunnazwa.

Dengan semangat persatuan, mereka menyerukan agar Sumatera Utara menjadi tempat yang aman dan bermartabat bagi seluruh perempuan. “Hidup Perempuan! Hidup Keadilan! Tolak Kekerasan Seksual!” seru mereka, menegaskan komitmen untuk melawan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

 

Reporter : Siti Amelia

Ibu Natalia: Perjuangan di Trotoar Lapangan Merdeka

0

Oleh : Adjie Iqthiar Kusniadi*

Di tengah hiruk-pikuk jantung kota Medan, tepatnya di sekitar Lapangan Merdeka, berdiri sebuah lapak sederhana yang menjajakan minuman botol. Tak ada papan nama besar atau spanduk mencolok. Hanya meja kecil, kotak pendingin, dan senyum hangat seorang perempuan paruh baya yang setia menyambut siapa pun yang mampir. Dialah Ibu Natalia, 51 tahun, seorang ibu yang kisah hidupnya jauh lebih besar dari sekadar lapak dagangannya.

Ibu Natalia bukan hanya seorang pedagang. Ia adalah ibu dari enam anak – lima kandung dan satu anak angkat – yang sudah ia rawat sejak kecil. Empat putra, satu putri, dan seorang anak lelaki angkat telah ia besarkan sendiri, sejak rumah tangganya kandas bertahun-tahun silam. Sejak saat itu, ia memilih menjadi pilar tunggal yang menyangga harapan keluarga kecilnya.

Beberapa dari anak-anaknya telah menikah dan menjalani hidup masing-masing. Namun dua orang lagi termasuk anak angkat yang sudah ia anggap darah daging sendiri masih berjuang di bangku kuliah di Universitas Negeri Medan (Unimed). Perjuangan itu tidak ringan. Biaya kuliah, transportasi, makan sehari-hari semuanya bersumber dari keringat seorang ibu yang berjualan minuman di trotoar. Salah satu anaknya bahkan bekerja sebagai chef atau cooked di salah satu restoran di Sun Plaza sambil tetap kuliah, sementara satu anak lainnya membantu Ibu Natalia menjaga lapak dagangan hampir setiap hari.

Ibu Natalia berjualan dari pukul 08.00 pagi hingga 18.00 sore, bahkan kadang lebih lama. Setiap harinya ia pergi-pulang dari rumahnya di daerah Suka Ramai ke Lapangan Merdeka naik becak, dengan ongkos sekitar 20 ribu rupiah pulang-pergi. Lapaknya berada tepat di depan Gedung Asuransi Ramayana, salah satu titik strategis yang ramai lalu lalang orang.

Omset harian Ibu Natalia cukup bervariasi. Saat ramai, seperti di hari cerah atau saat ada acara di Lapangan Merdeka, ia bisa meraup antara 500 hingga 600 ribu rupiah. Namun saat sepi – terutama jika turun hujan – pendapatannya bisa turun drastis menjadi 250 hingga 400 ribu rupiah per hari. Saat hujan deras tiba-tiba, ia sering buru-buru membereskan dagangan demi menyelamatkan barang dagangannya dari basah.

Dalam kegiatan sehari-harinya, beliau cukup sering berhadapan dengan Satpol PP. Sesekali ia diusir dari tempat ia biasa berdagang dan harus pindah ke lapak lain yang kosong atau bahkan pulang ke rumah. Meski kehidupan sering kali keras, senyum Ibu Natalia tak pernah pudar. Di balik wajahnya yang mulai dipenuhi garis usia, tersimpan kekuatan dan keteguhan hati yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Ia tak pernah meminta belas kasihan, apalagi mengeluh tentang nasib. Baginya, cukup anak-anaknya bisa terus sekolah, bisa makan, dan bisa menjadi orang yang lebih baik dari dirinya.

“Ya ginilah, kalau nggak begini, nggak bisa aku nyekolahkan anakku. Apapun kulakukan untuk anakku,” ucap Ibu Natalia sambil merapikan dagangannya di sekitar Lapangan Merdeka Medan. Sejak bercerai, ia berjuang sendiri membesarkan lima anak kandung dan satu anak angkat. Meski lelah, ia tetap semangat berdagang demi pendidikan anak-anaknya. Baginya, tak ada yang lebih penting dari masa depan mereka, walau harus mengorbankan kenyamanan dan waktu istirahat.

Tak sedikit pelanggan yang datang, membeli sebotol minuman lalu melanjutkan langkah tanpa tahu bahwa mereka baru saja bersentuhan dengan kisah luar biasa. Sebuah kisah tentang kasih seorang ibu, tentang pengorbanan yang nyaris tak terlihat, tapi sangat dalam.

Di antara gedung-gedung tinggi dan lampu kota yang menyala hingga malam, lapak kecil Ibu Natalia berdiri sebagai simbol cinta, kerja keras, dan harapan. Ia mungkin bukan siapa-siapa bagi dunia, tapi bagi enam anaknya, ia adalah dunia itu sendiri.

* Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

 

 

 

 

CORONG: Motif Pengkhianatan dalam Cerita Klasik, dari Zaman Kuno hingga Era Modern (2)

0

“SEJARAH ditulis oleh pemenang, tetapi sering kali dibangun di atas pengkhianatan.”

Patik lama mendengar kalimat itu. Pemimpin di negeri ini seolah-olah tidak terlepas dari pengkhianatan. Siapa yang berada di dalam jeruji, siapa yang di luar jeruji. Siapa mengkhianati siapa.

Pengkhianatan adalah cermin kompleksitas manusia—dari nafsu akan kekuasaan hingga insting bertahan hidup. Kisah-kisah ini mengingatkan bahwa dalam sejarah, loyalitas sering kali bersifat sementara, sementara dampak pengkhianatan bisa mengubah nasib suatu bangsa selamanya.

Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Sukarno oleh PKI, meskipun hingga kini motif sebenarnya masih diperdebatkan. Militer, di bawah Soeharto, memanfaatkan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan, menandai awal pengkhianatan politik besar-besaran yang mengubah Indonesia dari demokrasi terpimpin ke rezim otoriter.

Selama 32 tahun berkuasa, Soeharto menghadapi berbagai upaya pengkhianatan, termasuk pemberontakan Petrus (penembakan misterius) terhadap mantan sekutunya yang dianggap membahayakan kekuasaannya. Ketika krisis moneter 1998, para menteri dan militer mulai menarik dukungan, memaksa Soeharto turun.

Gus Dur (Abdurrahman Wahid) dijatuhkan melalui sidang impeachment dengan alasan korupsi dan inkompetensi. Namun, motif sebenarnya adalah ketidaksetujuan elite politik terhadap kebijakannya, termasuk upaya membubarkan DPR dan mencabut larangan komunisme.

Megawati kehilangan dukungan dari Partai Golkar dan militer yang lebih memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pemilu 2004. Padahal seorang Megawati Soekarnoputri yang menyelamatkan Golkar dari pembubaran oleh Dekrit Presiden Gus Dur serta militer yang mengawal MPR untuk memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati. Pengkhianatan ini menunjukkan pergeseran kekuatan politik dari nasionalis sekuler ke poros Islam-militer.

Jokowi awalnya didukung oleh PDI Perjuangan (Megawati), tetapi kemudian berseteru dan justru merangkul lawan politiknya yaitu Partai Gerindra (Prabowo Subianto). Pada Pemilu 2019, upaya demonstrasi dan hoaks yang diduga didalangi oleh oposisi menunjukkan bentuk pengkhianatan politik modern melalui perang narasi dan disinformasi.

Maka, jika kemudian antara Prabowo dan Jokowi terjadi hal serupa, semisal berpaling muka dan kesepakatan, itu mengulang motif yang sama. Beberapa motif umum pengkhianatan dalam sejarah yaitu ambisi kekuasaan, contoh kasus Ken Arok, Julius Caesar, Soeharto; balas dendam, seperti Clytemnestra, Anusapati; ketakutan kehilangan pengaruh, terjadi pada Senator Romawi dan elite politik era Gus Dur; intervensi asing sebagaimana VOC dalam Mataram, CIA dalam G30S; konflik ideologi, seperti PKI vs Militer, Islamis vs Nasionalis.

Pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa kekuasaan tanpa legitimasi kuat dan keadilan sosial selalu rentan terhadap pengkhianatan. Sejarah membuktikan bahwa pengkhianatan sering kali melahirkan siklus baru kekerasan, sehingga penting bagi pemimpin untuk membangun sistem yang inklusif dan transparan guna mencegah pengulangan tragedi masa lalu.

Pemberontakan PKI 1965 merupakan upaya kudeta yang diduga melibatkan elemen Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap Presiden Soekarno memicu pembalasan besar-besaran dan perubahan rezim ke Orde Baru. Krisis Politik 1998 diwarnai bahwa sebelum jatuhnya Soeharto, banyak sekutu dekatnya—termasuk menteri dan tokoh militer—yang mulai menarik dukungan, mempercepat kejatuhannya setelah 32 tahun berkuasa.

Ambisi kekuasaan adalah motif paling seksi di balik pengkhianatan, seperti Ken Arok atau Brutus, keinginan untuk merebut tahta sering menjadi pendorong utama. Motif lainnya, Ra Tanca membunuh Jayanegara karena dendam pribadi, meski sebelumnya setia. Ketakutan dan kelangsungan hidup para pembelot di tubuh Orde Baru motif pengkhianatan karena khawatir terseret dalam keruntuhan rezim. Motif manipulasi politik, tokoh seperti Mahapati atau Sinon memanfaatkan kelicikan untuk mencapai tujuan.

Kita lihat sekarang, siapa yang (akan) berkhianat kepada siapa. Setidaknya, Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan hal itu bertepatan peringatan Hari Kelahiran Pancasila 2025 di hadapan Ibu Megawati Soekarnoputri, Pak Try Soetrisno, Pak Jusuf Kalla, dan tokoh-tokoh nasional lainnya. Nah!

 

• Suyadi San, pegiat sastra, Ombudsman Koran Mimbar Umum, dan periset BRIN

Wali Kota Medan Dukung Agenda Family Gathering PWI Sumut

0

mimbarumum.co.id-Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas menyatakan dukungan penuhnya terhadap pelaksanaan Family Gathering Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara Tahun 2025.

Dukungan itu disampaikan Rico Waas saat menerima audiensi Ketua PWI Sumut H. Farianda Putra Sinik, SE di rumah dinas Wali Kota di Jalan Sudirman Medan, Kamis sore.

Farianda pada kesempatan itu didampingi Sekretaris PWI Sumut SR Hamonangan Panggabean, Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Sumut Rifki Warisan, dan Sekretaris Panitia Family Gathering PWI Sumut 2025, Riza Mulyadi.

Farianda menyampaikan bahwa family gathering merupakan agenda tahunan yang dijadikan sebagai ajang silaturahim sekaligus momen membangun soliditas di antara anggota PWI Sumut.

Untuk tahun ini, pelaksanannya akan dipusatkan di Central Park Zoo di Pancurbatu, Kabupaten Deliserdang, Kamis (26/6/2025) pekan depan.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, family gathering kali ini diperkirakan bakal dihadiri sekitar 1.000-an anggota PWI Sumut dan keluarga,” ujarnya.

Pada kesempatan itu Farianda sekaligus mengundang Wali Kota Medan untuk dapat meluangkan waktu menghadiri kegiatan tersebut.

“Tentu besar harapan kami dari keluarga besar PWI Sumut, sekiranya Bapak Wali Kota Medan berkenan hadir di acara kami nanti,” ujar Farianda kepada Rico Waas.

Wali Kota Medan sendiri menyatakan keinginannya untuk bisa hadir dan bersilaturahim dengan anggota PWI dari seluruh kabupaten/kota pada kegiatan family gathering nanti.

“Kegiatan seperti ini memang perlu diagendakan setiap tahun. Selain untuk ajang silaturahim, agenda family gathering tentu sangat bermanfaat untuk menjaga kekompakan di antara sesama anggota PWI Sumut. Bagi saya pribadi, tentu ini akan menjadi momen untuk mengenal lebih dekat jajaran pengurus dan anggota PWI se-Sumatera Utara,” katanya.

Reporter: Juli Tarigan

Polisi Tembak 7 Residivis Curanmor dan Puluhan Kereta Diamankan

mimbarumum.co.id – Polrestabes Medan gerak cepat ciptakan rasa aman dan kondusif di wilayah hukumnya.

Buktinya 12 dari tujuh orang komplotan pelaku pencurian dengan kekerasan (jambret) dan pencurian sepeda motor (curanmor) tumbang ditembak Unit Resmob Sat Reskrim Polrestabes Medan di berbagai lokasi di Medan.

Ketujuh orang itu yakni Habel Fernandus, M Asril, Samuel Simarmata alias Kopral, Yohanes Michel, Febri Arianto alias Kancil dan Aspan Helmi Wanti alias Asfan. Tersangka penadah Salonita, Steven dan Stincy Fernando Ginting.

Satreskrim Polrestabes Medan juga menyita barang bukti 25 unit sepeda motor atau kereta hasil dari penipuan dan penggelapan dan pencurian motor dan menyita Kunci T, ponsel android, pisau, kalung titanium, kunci L.

“Ketujuh orang yang ditembak petugas itu sudah masuk Target Operasi (TO) dan residivis, ” ucap Kapolrestabes Medan Kombes Pol Gidion Arif Setyawan didampingi Waka AKBP Rudi Silaen dan Kasat Reskrim AKBP Bayu Putro Wijayanto kepada wartawan di Mapolrestabes Jalan HM Said Medan, Kamis (19/6/2025).

Lanjut dikatannya, dalam melancarkan aksinya komplotan tersebut mengincar motor yang sedang diparkirkan di halaman rumah maupun di tempat lainya yang sepi dan sunyi.

Beberapa pelaku terlebih dahulu memantau di kawasan tempat mereka akan melancarkan aksinya aman.

“Setelah sasaran dipastikan kemudian mereka menjebol kontak. Biasanya kurang dari 5 menit sudah dapat,” jelasnya.

Kombes Gidion mengaku dari penangkapan semua tersangka maling motor itu petugas terpaksa memberikan tindakan tegas terukur terhadap tujuh pelaku, semuanya residivis yang ditembak polisi.

“Kami melaksanakan penegakan hukum karena pelaku melawan petugas dan akhirnya diberikan tindakan tegas dan terukur di bagian kakinya, ” tuturnya.

Berdasarkan hasil interogasi, para pelaku menjual hasil curiannya pada seorang penadah yang ada di daerah Kecamatan Medan Tuntungan.

Karena itu, para pelaku melanggar Pasal 365 KUHP atau 378 dan atau 372 KUHP dan atau 480 KUHP.

Reporter: Rasyid Hasibuan/R

Dräger Indonesia Luncurkan Ventilator Dräger Pertama Buatan Indonesia: Savina 300 ID

0

mimbarumum.co.id – Pemerataan akses kesehatan membutuhkan transformasi di berbagai lini, salah satunya inovasi. Dräger Indonesia, sebagai pelopor di bidang teknologi keselamatan dan medis, hari ini meluncurkan inovasi terbarunya, Savina 300 ID yaitu ventilator buatan Indonesia.

Peluncuran Savina 300 ID di Indonesia dilakukan oleh Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia – Bapak Faisol Riza, Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang diwakili oleh Direktur Jenderal Kefarmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS, Managing Director Dräger Indonesia – Ratna Kurniawati beserta COO Dräger APAC dan Managing Director ASEAN – Mr Thomas Jakob dan turut didampingi oleh Chairman and Shareholder of Gobel Group – Bapak Dr. (H.C.) H. Rachmat Gobel serta Presiden Director PT PHC Indonesia – Yuji Okada.

Peluncuran Savina 300 ID diadakan di PT PHC Indonesia yang bekerja sama dengan Dräger Indonesia dalam perakitan Savina 300 ID.

Savina 300 ID adalah ventilator berbasis turbin yang menggunakan teknologi dari Jerman yang dapat memberikan terapi invasif dan non-invasif dalam satu perangkat, bisa digunakan di ruangan ICU, HCU, PICU dan atau bahkan bisa dipindah-pindahkan dengan mudah.

Savina 300 ID cocok digunakan di RS yang belum memiliki instalasi sentral gas udara tekan. Savina 300 ID memiliki beragam fitur dan aplikasi seperti: digunakan untuk pasien dengan berat mulai dari 5kg, memiliki baterai internal dan eksternal, memiliki indikator untuk pengukuran CO2, pilihan bahasa Indonesia untuk memudahkan pengoperasian, layar sentuh yang berwarna dengan interface sesuai standard Dräger secara global sehingga mudah dipelajari dan digunakan oleh tenaga kesehatan.

Menteri Kesehatan RI dalam sambutan yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Kefarmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS, mengatakan, “Kementerian Kesehatan mendorong kerja sama dengan multipihak agar dapat memproduksi alat-alat kesehatan di dalam negeri, sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor alat kesehatan, dan mempercepat akses terhadap teknologi medis yang aman, inovatif dan berkualitas. Hari ini kita melihat ventilator dengan teknologi Jerman yang diluncurkan oleh Dräger Indonesia dan saya optimis peluncuran ini dapat membantu perluasan akses layanan kesehatan di Indonesia. Dengan demikian, kita bisa mencapai kemandirian alkes yang lebih kuat dan berkelanjutan.“

Perkembangan industri alat kesehatan (alkes) juga beriringan dengan meningkatnya penyerapan produk alat kesehatan dalam negeri (AKD), yang pada 2024 mencapai 48%, dibandingkan 12% pada 2019.

Tren ini menjadi indikasi positif bagi Indonesia dalam mencapai kemandirian di sektor alat kesehatan, sebuah langkah yang sangat penting di tengah dinamika global yang terus berubah.

Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia – Bapak Faisol Riza dalam sambutannya menyampaikan, “Industri alat kesehatan memegang peran vital di Indonesia, tidak hanya sebagai penopang ketahanan sistem kesehatan nasional, tetapi juga sebagai bagian dari sektor industri mesin dan perlengkapan yang ditargetkan tumbuh rata-rata 6,7–7,7% per tahun pada periode 2025–2029. Kebutuhan alat kesehatan di dalam negeri diproyeksikan terus meningkat, didorong oleh pertumbuhan penduduk, dinamika epidemiologi, serta ekspansi fasilitas layanan kesehatan. Produk ventilator saat ini masih masuk ke dalam 10 besar alat kesehatan by value yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh produk dalam negeri. Nilai impor ventilator pada tahun 2024 mencapai 68,4 juta dollar dan naik 2 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan tantangan besar kemandirian sektor kesehatan nasional yaitu dominasi produk impor yang masih tinggi.“

Lebih lanjut Bapak Wakil Menteri Perindustrian melanjutkan, “Dalam konteks ini, kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Dräger Indonesia atas komitmen dan investasi strategis yang telah dilakukan. Investasi ini akan mendorong peningkatan kapasitas produksi dalam negeri, mendukung substitusi impor, menciptakan lapangan kerja, serta memfasilitasi transfer teknologi dan penguatan sumber daya manusia industri. Hal ini sangat sejalan dengan kebijakan pemerintah terkait Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan transformasi industri 4.0. Pada kesempatan ini saya mengucapkan selamat kepada Dräger Indonesia karena investasi yang dilakukan tidak hanya menunjukkan kepercayaan terhadap potensi pasar Indonesia, tetapi juga merupakan kontribusi nyata dalam memperkuat pondasi kemandirian industri alat kesehatan nasional. Dengan memproduksi ventilator di dalam negeri, Dräger Indonesia turut mendukung program substitusi impor, penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN).“

Savina 300 ID akan didistribusikan ke rumah sakit tipe A, B, dan C di seluruh Indonesia. Produksi Savina 300 ID dilakukan di PT PHC Indonesia. Kerja sama antara Dräger Indonesia dan PT PHC Indonesia merupakan kemitraan strategis jangka panjang sebagai dua perusahaan yang sama-sama memiliki visi mendukung perluasan akses layanan kesehatan di Indonesia.

Managing Director Dräger Indonesia – Ratna Kurniawati mengatakan, “Dräger Indonesia, sebagai pelopor di bidang teknologi keselamatan dan medis, mendukung transformasi kesehatan yang telah diluncurkan pemerintah, khususnya di pilar ke-tiga mengenai Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan yang memegang peran penting untuk mempertahankan sistem kesehatan yang baik ditengah ancaman kesehatan global. Hal ini juga mencakup pembuatan atau produksi hingga distribusi alkes yang lancar dan bisa diproduksi di dalam negeri. Kami bangga bisa bekerja sama dengan PT PHC Indonesia yang mempunya visi yang sama terhadap transformasi kesehatan di Indonesia.“

“Lebih dari itu, kami juga mempersiapkan peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan karena transformasi kesehatan juga harus sejalan dengan transformasi pilar ke-lima yaitu SDM kesehatan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika kebutuhan kesehatan masyarakat menghadirkan tantangan yang semakin kompleks dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu, kami bekerja sama dengan Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI) mengadakan 2 jenis workshop yaitu: 1) pengenalan mesin anestesi yang ditujukan untuk para dokter anestesi dan telah dimulai pada 9 Mei 2025 dan 2) Basic Ventilator yang ditujukan untuk para dokter umum dan anestesi yang bekerja di ICU,“ lanjut Ibu Ratna.

Chairman and Shareholder of Gobel Group – Dr. (H.C.) H. Rachmat Gobel menyampaikan, “Kemandirian industri kesehatan adalah fondasi penting bagi ketahanan nasional, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana hasil dari kemandirian ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Melalui kolaborasi strategis antara PHC Indonesia dan Dräger Indonesia, kami memproduksi ventilator Savina 300 ID yang tidak hanya memenuhi standar teknologi Jerman, tetapi juga membuka akses yang lebih merata terhadap layanan kesehatan berkualitas.

Inisiatif ini mendukung transformasi industri melalui transfer teknologi, penciptaan lapangan kerja, serta penguatan kapasitas SDM dalam negeri. Bagi Gobel Group, inilah bentuk kontribusi nyata untuk membangun Indonesia yang lebih mandiri, sehat, dan berdaya.

“Dräger Indonesia, memiliki filosofi “Teknologi untuk Kehidupan”, dimana produk kami memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan dengan beragam cara. Dan kami bangga hari ini bisa memberikan kontribusi positif terhadap layanan kesehatan Indonesia. Kami mengapresiasi kemitraan dengan PT PHC Indonesia dalam produksi Savina 300 ID. Semoga produk ini dapat diterima dengan baik dan mendukung layanan kesehatan di Indonesia,“ tutup Ibu Ratna Kurniawati.

Reporter: Rizanul Arifin

Wali Kota Dorong Pegawai Pemko Medan Tingkatkan Kualitas Pelayanan

0

mimbarumum.co.id – Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas mendorong seluruh pegawai di lingkungan Pemko memberikan pelayanan publik berkualitas dan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat.

Selain konsep senyum, salam, sapa, sopan, dan santun, perlu juga dipahami dan diterapkan konsep semangat dan solusi.

Dorongan ini disampaikannya saat membuka Sosialisasi Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap Pelayanan Publik di Lingkungan Pemko Medan Tahun 2025, Rabu (18/6/2025) di Ruang Rapat III , Kantor Wali Kota Medan.

“Dalam pelatihan-pelatihan kalian mungkin sering mendengar konsep 5S dalam pelayanan, yakni senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. Dan saya tambah 2S lagi, yakni semangat dan solusi, jadi 7S,” sebut Rico Waas dalam kegiatan yang dihadiri Kepala BRIDA Mansursyah, Pimpinan Perangkat Daerah, Camat, Lurah, dan Kepala Puskesmas di Kota Medan itu.

Rico memaparkan, penerapan konsep 5S akan memancarkan kesan positif dan ramah. Masyarakat pun akan merasa nyaman dan dihargai. Konsep 5S ini juga mengedepankan adab dan etika pegawai pemerintahan dalam melayani masyarakat.

Dia menambahkan, 2S terakhir adalah semangat dan solusi. Pegawai pemerintahan harus mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik, serta memberikan solusi tepat dan efektif untuk menyelesaikan persoalan masyarakat.

“Coba deteksi diri, kalau tidak semangat bekerja, jangan-jangan Bapak-bapak, Ibu-ibu tidak cocok kerja di pemerintahan, tetapi kalau ada perasaan takut dan tidak nyaman, coba cari apa kendalanya,” ucapnya.

Semangat yang lemah, sebut Rico Waas, membuat pegawai menjadi bekerja asal-asalan. Sebaliknya, dengan semangat pekerja dilakukan dengan serius mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan dan evaluasi. Dia menambahkan, semangat juga adanya kegairahan mengubah yang buruk menjadi lebih baik.

“Kita sudah masuk Pemko Medan , jangan jadi orang suram, skeptis, dan patah arang. Kita manusia hebat, bangsa hebat, kita selalu menyanyikan Indonesia Raya, diberikan pin KORPRI, kita harus punya semangat juang,” ucapnya .

Terakhir, lanjutnya, solusi. Memberi solusi ini bagi masyarakat yang mempunyai permasalahan ini sangat penting. Namun, terkadang pegawai malas dan tidak mau susah berpikir.

“Coba kita ketuk hati kita untuk bisa mengerti perasaan dari masyarakat. Kita beri pemahaman pada diri kita sendiri, tidak sulit memberikan senyuman, salam, sapaan, kesopanan, kesantunan, semangat dan solusi pada masyarakat. Lagi pula, apakah untuk menerapkan 7S ini kita harus keluar uang? Tidak. Masyarakat hanya meminta jasa kita, keringat kita, yang memang sudah dibayar negara,” ungkapnya.

Wali Kota berharap pegawai Pemko Medan bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan tentu mempunyai karier yang baik.

“Dan karier tebaik adalah ketika Tuhan memandang kita sebagai hamba yang dekat dengan-Nya dan saat wafat kita meninggalkan legacy tentang bagaimana kita memberikan pelayanan terbaik,” tandasnya.

Reporter : Jepri Zebua

Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan Berlangsung Meriah dan Seru, Rico Waas Serahkan IIjazah Program Tebus Ijazah dan Launching Regrouping Sekolah

0
mimbarumum.co.id – Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan yang digelar Pemko Medan di halaman Istana Maimun, Kamis (19/6/2025), berlangsung meriah dan seru. Selain diisi dengan berbagai pertunjukan kreasi, dalam kegiatan ini diserahkan juga ijazah kepada pelajar yang kurang mampu program tebus Ijazah dan launching Regrouping Sekolah.
Kemeriahan dan keseruan Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan semakin bertambah dengan hadirnya Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas bersama Ketua TP PKK Kota Medan Ny Airin Rico Waas yang disambut ribuan pelajar dari tingkat TK, SD dan SMP serta tenaga pengajar dari berbagai sekolah di kota Medan.
Pertunjukan kreasi dari anak-anak TK mengawali kegiatan Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan yang berlangsung satu hari ini. Senam sehat bersama yang dibawakan anak-anak dari TK Wahidin serta pertunjukan angklung dari anak -anak TK Al Azhar membuat suasana semakin seru dan menghibur seluruh pengunjung yang hadir.
Kemudian pertunjukan tarian kolosal dan multietnis dari siswa-siswi SMP Negeri 1 Medan serta penampilan tarian serampang duabelas dari guru-guru mengisi Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan. Usai penampilan tarian kolosal dan multietnis, siswi SMP Negeri 1 Medan memberikan lukisan hasil karyanya kepada Rico Waas yang juga merupakan alumni SMP Negeri 1 Medan.
Dalam sambutannya Rico Waas mengatakan, gebyar Pendidikan dan Kebudayaan ini merupakan kegiatan investasi semangat kita bersama dalam membangun manusia kota Medan yang cerdas, Berkarakter dan berbudaya.
Menurut Rico Waas pendidikan dan kebudayaan adalah pondasi utama peradaban, tanpa pendidikan kita kehilangan arah dan tanpa budaya kita kehilangan identitas. Maka dari itu keduanya harus berjalan beriringan.
“Pemko Medan berkomitmen untuk terus meningkatkan akses mutu dan pemerataan pendidikan. kita ingin sekolah-sekolah di kota Medan menjadi ruang tumbuh yang sehat bukan hanya untuk ilmu pengetahuan tetapi juga untuk karakter, kreativitas dan pecinta terhadap budaya lokal”, kata Rico Waas
Dijelaskan Rico Waas, Pendidikan di kota Medan semakin baik dan semakin berkembang. Namun pendidikan juga memiliki tantangan di masa-masa sekarang ini. tantangannya salah satunya adalah teknologi dan juga kebudayaan dari luar Indonesia. Artinya kita sejatinya harus bisa menangkap pesan dari tantangan-tantangan tersebut.
“Pendidikan di kota Medan harus semakin baik lagi dengan memberikan pendidikan yang berkualitas dan mendidik anak-anak kita supaya semakin cerdas dan juga peduli tentang kebudayaan”, ujar Rico Waas
Untuk masalah tantangan dan perkembangan teknologi, lanjut Rico Waas, Banyak anak-anak yang mungkin menonton tak sepantasnya dan melihat kebudayaan-kebudayaan dari luar yang bisa mengkontaminasi pikiran-pikiran anak-anak kita. Oleh karena itu diharapkan kepada guru-guru yang menjadi orang tua kedua selain orang tua yang ada dirumah bisa menjadi salah satu filter agar anak-anak tidak terkontaminasi, untuk menjelaskan apa permasalahan-permasalahan yang dilihat di dalam ruang teknologi.
“Kepada para orang tua diharapkan juga dapat menyiapkan mental kita di rumah sebagai orang tua bagaimana kita bersikap apabila anak-anak kita melihat hal-hal yang belum lantas dilihat di dalam dunia sosial media dan bagaimana menjadikan anak-anak kita bisa beradab dengan baik, santun dan sopan terutama bisa tetap mencintai kebudayaan kita”, ucap Rico Waas.
Ditambahkan Rico Waas, pendidikan di Kota Medan harus lebih baik, namun jangan lupa di mana kebudayaan juga harus tetap kita jaga. Karena ini adalah kekuatan bagi kita, anak-anak dengan kebudayaan yang baik tentunya memiliki adab dan santun yang bagus ,karena itulah ciri khas dari bangsa Indonesia.
“Kebudayaan tetap harus bisa kita jaga.  Kami mengharapkan guru-guru  tetap bisa memberikan pendidikan tentang kebudayaan, agar budaya yang kita miliki terutama di kota Medan kota yang multikultural ini dapat diketahui  dan dicintai oleh  anak-anak juga memiliki suku budaya yang berbeda-beda”, harap Rico Waas.
Selanjutnya dalam Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan Rico Waas bersama Bunda Paud Kota Medan Ny Airin Rico Waas didampingi Sekda Wiriya Alrahman dan Ketua Dharmawanita Kota Medan Ny Ismiralda Wiriya Alrahman dan Unsur Forkopimda serta Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Benny Sinomba Siregar menyerahkan ijazah kepada orang tua dan siswa dari program Tebus Ijazah bagi pelajar kurang mampu. Selain itu Rico Waas juga menyerahkan bantuan perlengkapan sekolah dan penyerahan program barcode Cagar Budaya Kota Medan.
Dalam Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan ini, Rico Waas juga mengajak berbincang langsung dengan anak-anak TK dan Siswa SD serta SMP yang telah menampilkan pertunjukkan kreasinya. Selain berbincang Rico Waas juga memberikan pertanyaan dan hadiah berupa satu unit sepeda untuk masing-masing anak.
Kemudian Rico Waas juga melakukan launching Regrouping Sekolah yang ditandai dengan penekanan tombol sirine. Regrouping Sekolah ini merupakan penggabungan dua atau lebih Sekolah Dasar Negeri di kota Medan menjadi satu sekolah yang awalnya berjumlah 147 sekolah menjadi 61 Sekolah Dasar Negeri. Regrouping ini guna mewujudkan kualitas pendidikan dan efesiensi kepemimpinan.
Usai pembukaan Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan yang dilakukan Wali Kota Medan Rico Waas, kegiatan ini diisi dengan berbagai pertunjukan karya dan kreasi siswa yakni seni drama dan musikal, tarian kreasi tradisional pantomim, silat, Wushu, biola dan penampilan drumband  serta perform ensemble Musik.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan, Beni Sinomba Siregar mengatakan, kegiatan dirangkai penyerahan secara simbolis Program 100 Hari Kerja Walikota berupa bantuan anak putus sekolah berupa Tebus Ijazah, bantuan perlengkapan sekolah untuk siswa miskin dan program Barcode Caga.
Reporter : Siti Amelia