Penurunan ini, menurut Perry, dipengaruhi oleh kebijakan diskon tarif listrik yang diterapkan untuk rumah tangga dengan daya terpasang di bawah 2.200 VA. Kebijakan ini berhasil mendorong komponen administered prices (AP) mengalami deflasi sebesar 6,41% (yoy).
“Inflasi inti tetap terkendali di level 2,36% (yoy), berkat konsistensi suku bunga kebijakan BI yang bertujuan untuk mengarahkan ekspektasi inflasi,” jelas Perry.
Dia juga menambahkan bahwa inflasi pada kelompok volatile food (VF) terjaga di angka 3,07% (yoy), berkat sinergi yang erat antara Bank Indonesia, Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Ke depan, Perry optimis bahwa inflasi IHK akan tetap berada dalam sasaran 2,5±1%. “Kami percaya inflasi inti akan terjaga, didukung oleh ekspektasi inflasi yang terjangkar, kapasitas perekonomian yang masih besar, serta pengendalian inflasi impor yang sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah,” tambahnya.
Perry juga menekankan pentingnya digitalisasi dalam mendukung pengendalian inflasi. “Kami akan terus berkomitmen untuk memperkuat efektivitas kebijakan moneter, guna menjaga inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terkendali, sambil tetap mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutupnya.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Bank Indonesia berupaya memastikan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.
Reporter : Siti Amelia