Menghidupkan Moralitas dalam Ibadah Qurban

Berita Terkait

“Maka wajar jika banyak umat muslim yang taat dalam ibadah ritual dan paham akan hukum agama serta berkecukupan, namun tidak memiliki empati untuk menyisihkan hartanya bagi kepentingan masyarakat dan agama.”

 

Kata qurban berasal dari kata qarraba – yuqarribu – qurbaanan, yang berarti pendekatan diri. Dalam istilah qurban berarti usaha pendekatan diri kepada Allah, yang realisasinya dengan menyerahkan sebagian nikmat yang telah diterima dari Allah dan diserahkan kepada-Nya. Hewan qurban sendiri dalam istilah ilmu fikih biasa disebut dengan nama al-udh-hiyah yang berarti hewan ternak yang disembelih pada hari Idul Adha dan hari tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut.

Menyembelih qurban termasuk amal salih yang paling utama. ‘Aisyah ra., menceritakan bahwa Nabi saw., bersabda: “Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Iedul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan darah (qurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim. Banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan qurban pada hari Idul Adha lebih utama daripada sedekah yang senilai dengan harga hewan qurban atau bahkan sedekah yang lebih banyak dari pada nilai hewan qurban. Karena maksud terpenting dalam berqurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Di samping itu, menyembelih qurban lebih menampakkan syiar Islam dan lebih sesuai dengan sunnah.

- Advertisement -

Kesadaran umat Islam dari waktu ke waktu dalam menunaikan ibadah qurban cukup tinggi, bahkan jauh lebih tinggi di banding dengan kepatuhan dalam menunaikan zakat harta. Menariknya, bila di masa lalu pelaksanaan qurban hanya dikelola oleh panitia yang ada di masjid-masjid atau pengurus kampung, saat ini sudah menjamur dan meluas ke berbagai organisasi sosial kemasyarakatan, bahkan partai-partai politik. Menggembirakan memang, tapi pernahkah kita berpikir apa makna sesungguhnya yang bisa kita petik dari ibadah qurban?

Pertanyaan ini layak untuk direnungkan sehingga qurban yang dilaksanakan akan sampai kepada Allah dan bukan sekedar untuk menggugurkan kewajiban sebagai hamba yang bertakwa. Sesuai syariah, ibadah qurban disunnahkan atau bahkan diwajibkan bagi yang mampu. Ukuran kemampuan tidak berdasarkan kepada nisab sebagaimana zakat harta, melainkan pada kebutuhan per individu, yakni apabila seseorang setelah memenuhi kebutuhan sehari-hari masih memiliki dana lebih dan cukup untuk membeli hewan qurban, khususnya di hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq.

Dengan mengetahui makna qurban secara benar, maka akan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah, bahwa Allah sama sekali tidak memerlukan daging yang kita qurbankan, semua itu hanya untuk kepentingan dan kewajiban kita sebagai umat manusia agar saling berbagi. Karena makna qurban secara sederhana adalah mendekatkan diri kepada Allah.

Bila mengacu pengertian tersebut, maka berqurban dengan tujuan mencari popularitas, menarik simpati, ingin dipuji dan berbagai macam niat selain taqorrub ilallah bisa dipastikan tidak sampai kepada Allah. Makna selanjutnya, ibadah qurban sebagai bukti ketundukan secara total dari seorang hamba kepada Sang Pencipta, apapun dan bagaimanapun beratnya perintah itu.

Salah satu firman Allah yang sarat dengan pesan moral dan nilai kemanusiaan termuat dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3. “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)”.

Dari ayat tersebut ada tiga kata kunci penting yang berhubungan dalam kehidupan manusia di dunia, yaitu nikmat yang banyak, shalat, dan berqurban. Jika ingin agar nikmat tersebut lestari maka lakukanlah shalat untuk memperkuat hubungan vertikal agar nikmat tersebut memiliki nilai yang hakiki, tidak semu. Selanjutnya, lakukan pengorbanan agar secara sosial menjadi nikmat bagi sesama. Nikmat Allah tidak mungkin bisa terasa nikmat bila hanya dinikmati oleh diri sendiri, tanpa keterlibatan orang lain.

Maka selain untuk menunjukkan kepatuhan hamba kepada Allah, qurban merupakan kata kunci bagi terciptanya harmonitas dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanpa pengorbanan, cita-cita luhur untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat hanyalah retorika dan isapan jempol belaka. Kepedihan yang menimpa sekian banyak umat Islam yang masih hidup di bawah garis kemiskinan juga berawal dari tidak adanya pengorbanan yang sejati dari umat muslim yang berkecukupan. Motivasi berqurban selain untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, juga harus didasari oleh pertimbangan akal-rasio dan ilmu yang memadai yaitu untuk kepentingan kemaslahatan, kemakmuran dan kedamaian masyarakat umum.

Berqurban dengan menyembelih kambing atau sapi hanyalah sebagian kecil dari berqurban dalam arti yang luas. Banyak pengorbanan lain yang dapat dilakukan, seperti merelakan tanah yang dimilikinya bagi fasilitas umum, menyokong tersedianya lembaga pendidikan, menjadi orang tua asuh, dan banyak contoh lain. Berqurban juga harus didasari oleh kesadaran akan pesan moral-etis yang terkandung di dalamnya sehingga ada upaya yang terus menerus untuk meningkatkan spiritualitas diri dan masyarakat.

Di antara pesan moral dan ahlak yang dapat kita petik dari berqurban adalah:
Pertama, adanya keikhlasan untuk menyisihkan sebagian harta kita bagi masyarakat yang lebih luas.
Kedua, adanya kesediaan untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran yang kita miliki untuk kepentingan umum serta agama. Orang yang telah terilhami makna berqurban, diyakini akan dapat bergaul secara baik dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.

Ketiga, adanya kesediaan melakukan dakwah dan taklim dengan menyebarkan ilmu dan keterampilannya untuk pemberdayaan masyarakat. Dalam kenyataannya masih banyak umat muslim yang memiliki ilmu agama cukup, tetapi enggan untuk mentransfer ilmunya kepada masyarakat di sekitarnya.

Keempat, berpartisipasi aktif dalam proses kepemimpinan (imamah) dan sanggup memegang kepemimpinan dengan amanah dan penuh rasa tanggungung jawab. Dalam kedudukannya sebagai rakyat, berkorban berarti sanggup menjadi warga masyarakat yang baik, partisipatif, kreatif dan mampu melakukan kontrol yang bermoral untuk pemimpin dan lingkungan sosialnya.

Secara jujur harus diakui bahwa pemahaman akan arti qurban seperti ini belum terealisasikan secara konsisten bagi masyarakat muslim. Masih banyak di antara umat muslim yang belum bisa memahami akan makna duniawi di balik ibadah qurban. Kelompok ini beranggapan bahwa ibadah qurban semata-mata urusan antara manusia dengan Allah, dan tidak ada kaitannya dengan urusan duniawi.

Maka wajar jika banyak umat muslim yang taat dalam ibadah ritual dan paham akan hukum agama serta berkecukupan, namun tidak memiliki empati untuk menyisihkan hartanya bagi kepentingan masyarakat dan agama. Padahal sesungguhnya harta itu milik Allah yang dipinjamkan kepada manusia. Itulah kaidah tentang harta menurut prinsip Islam sebagaimana firman Allah: ”Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebahagian dari hartamu yang Allah telah meminjamkan-Nya kepadamu”. (QS. Al-Hadid: 7)

Pada kenyataannya masih banyak umat Islam yang beranggapan bahwa harta itu miliknya dan merupakan hasil jerih payah diri pribadi, tanpa adanya ’campur tangan’ Allah. Meski firman Allah sudah sangat jelas bahwa harta yang ada pada diri kita adalah ’titipan Allah’, pada kenyataannya tidak mampu mengalahkan sikap kikir dan bathil serta ego yang melekat pada sebagian umat Islam. Itulah sebabnya, banyak di antara kaum kaya yang tidak dapat menikmati kekayaannya karena hidupnya telah dikendalikan oleh harta.

Kendati demikian, kita patut bersyukur bahwa kesadaran umat muslim untuk berqurban semakin tinggi, tetapi yang perlu ditingkatkan adalah berqurban dalam arti luas yang dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Kesediaan melakukan pengorbanan untuk orang lain haruslah didasari demi mengharapkan keridhoan Illahi, karena berkorban adalah sebuah ajaran tentang mengurangi kepentingan diri pribadi untuk kepentingan orang lain dalam rangka mencapai kemuliaan di hadapan Allah.

Dengan berqurban diharapkan akan menghantarkan kita untuk menggapai maqam tertinggi dihadapan Allah sebagai hamba yang menyandang derajat muttaqin. Amin

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
spot_img

Berita Pilihan

Kunjungan Pertama Sebagai Gubernur,  Bobby Nasution Serap Aspirasi Warga  Samosir

mimbarumum.co.id -  Muhammad Bobby Afif Nasution menghimpun aspirasi masyarakat dalam kunjungan pertamanya sebagai Gubernur Sumatera Utara (Sumut) ke Kabupaten...