Catatan CP*)
HARI Jumat 11/3 pekan lalu, Mimbar Umum memperoleh penghargaan (baca liputan terkait “Mimbar Umum Terima Medali Kejuangan Kemerdekaan RI”).
Penghargaan itu tidak terlepas dari kiprah kehadiran koran nasionalis ini di kancah kehidupan Republik Indonesia, sejak pertama kali terbit pada Selasa 6 November 1945 hingga hari ini, pada usia menapaki hari-hari tahun ke-77.
Koran perjoangan oleh para pejoang pers ini, hanya absen terbit ketika mengalami beberepa kali pembredelan (larangan terbit), dan kemudian bangkit lagi.
Ringkasan estafet kepemimpinannya: Diterbitkan pada Selasa 6 November 1945 oleh trio pejuang pers di Medan, Abdul Wahab Siregar, Udin Siregar dan Mohammad Saleh Umar (Surapati); diteruskan oleh Muhammad Arif Lubis pada Sabtu 6 Desember 1947 untuk durasi cukup lama dan melahirkan banyak legacy kejuangan; diestafetkan ke
tangan H Hasbullah Lubis pada November 1975; dilanjutkan oleh HM Fauzi Lubis pada 1983 setelah ayahnya, wafat; kemudian dipikul lagi oleh Muhammad Hasbi Al Fauz Lubis setelah bapaknya wafat pada 2013, hingga hari ini.
SEJATINYA, Mimbar Umum (saat mula terbit penulisannya: Mimbar Oemoem) didirikan oleh trio pejuang Abdul Wahab Siregar, Udin Siregar dan Mohammad Saleh Umar (Surapati).
Setelahnya menyusul sejumlah surat kabar baru, termasuk WASPADA yang didirikan Mohamad Said (terbit mulai 11 Januari 1947).
Karena pemberitaannya yang dinilai penguasa –baru merdeka, masih dipengaruhi kultur penjajahan Belanda selama 350 tahun– terlalu keras melontarkan kritik, maka beberapa kali terkena bredel.
Berikut kutipan liputan koran Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 26-06-1946, :
“Seboeah opini tajam dalam soerat kabar Indonesia, Mimbar Oemoem, melemparkan cahaya terang pada sitoeasi saat ini di peroesahaan Deli (maksudnya: Kota Medan), sebagaimana (kantorberita) Aneta mentransmisikan dari Medan.
Penoelis membagi staf peroesahaan menjadi tiga kelompok, yaitoe: pertama, para pemimpin dan administrasi; kedoea yang mandoer dan toekang; ketiga pekerja.
Surat kabar lanjoet mencatat, bahwa kelompok pertama dan kedoea tidak melakoekan apa-apa.
Mereka, menoeroet soerat kabar terseboet, yang akan dilakoekan di koersi atau berjalan-jalan di sekitar keboen dengan tongkat besar tanpa pernah kerja, sedangkan kelompok ketiga bekerja keras, tetapi kelompok ini memiliki pakaian hanya 10 persen, dan
anak-anak mereka berjalan dalam empat tahoen terakhir hanya terlihat telanjang.”
Liputan media Het nieuwsblad voor Sumatra, 20-12-1948: “Oentuk kita dengar bahwa soerat kabar dan majalah repoeblik yang terbit di Medan, diberlakoekan larangan poeblikasi sementara. Mereka adalah soerat kabar Mimbar Oermoem, Warta Berita dan Waspada, serta juga mingguan Waktoe.”
Arif Lubis Masuk
Atas persetujuan pendiri awal, Muhammad Arif Lubis –yang sudah malang-melintang sebagai pejoang di bidang pers dan juga partai (Partai Indonesia) sejak usia sangat muda di Padangsidimpuan, Sipirok dan Sobolga– meneruskan penerbitan Mimbar Umum –yang dibredel– sejak Selasa 6 Desember 1947.
Arif Lubis mendapat reaksi keras dari pimpinan PKI di Medan atas pemberitaan suratkabar Mimbar Umum. Het nieuwsblad voor Sumatra, 26-07-1950 menulis, “Arif Lubis dan Mimbar Oemum diadukan Sarikat Boeroeh Perkeboenan karena dianggap telah memberitakan keterlibatan oensoer PKI di dalam Sarikat. Sarikat meminta oentoek permintaan maaf.”
Catatan: Selain Mimbar Umum sebagai salah satu suratkabar nasional yang terbit di Medan, ada sejumlah suratkabar nasional lainnya di Jakarta terbit harian (Indonesia Raya, Merdeka, Pedoman, Pemandangan, Sumber, Abadi dan kantor berita Antara); dan terbit mingguan (Merdeka, Siasat, Lembaran Minggu, Sikap, Garuda, Perwarta Jakarta,
Mimbar Indonesia, Nasional, Aneka dan Suara Rakyat).
Di Jawa Barat ada Express, Harian Umum Massa, Suara Rakyat, Suara Masjarakat, Trompet Masjarakat. Kemudian di Jawa Timur, Penyebar Semangat, Obor Surabaya, Zaman Baru, Demokrasi, Tindjauan dan Joyoboyo.
Ke Amerika
Arif Lubis, salah satu wartawan yang mendapat kesempatan untuk melakukan kunjungan ke Amerika Serikat.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 03-09-1952 MENULIS: “Wartawan Medan ke Amerika. MimbarOemum, dari departemen Medan dioendang oentoek perjalanan jurnalistik selama empat boelan ke America, termasoek pimpinan redaksi Mr Arif Lubis. Oleh karena soerat kabar ini tidak ingin terdapat kekosongan begitoe lama, sekarang Mr Samsuddin Manan, ditoenjuk menjadi editor. Arif Lubis akan berangkat pada pertengahan September.”
Dirikan dan Ketua SPS
Arif Lubis, Ketua Sarikat Perusahaan Suratkabar (SPS) turut hadir dalam pembukaan pressroom di Medan.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 15-01-1953 menulis, “Tadi malam secara resmi pressroom di Medan dibuka Abdul Wahab Siregar, Kepala Dinas Informasi Medan memberikan kata sambutan. Juga hadir Komisaris Polisi Mustafa Pane,
Arif Lubis (Ketua Sarikat Perusahaan Suratkabar), Amarullah Ombak Lubis (mewakili Antara).”
Het nieuwsblad voor Sumatra, 09-06-1953 melansir, “Di kantor pressroom Jalan Soetomo anggota SPS berkumpoel oentoek membicarakan tentang Sarikat Perusahaan Surat kabar Medan yang akan menghadiri Kongres SPS di Jakarta, 18-20 September. Delegasi Medan tiga orang, yang diketuai oleh Arif Lubis.”
Polarisasi Nasakom
Polemik antara sesama insan pers di Medan mulai muncul. Pers terbagi atas tiga haluan: nasionalis, agama dan komunis (Nasakom). Arif Lubis dan Mimbar Umum adalah koran berhaluan nasionalis (Nas).
Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-01-1955 menulis, “Arif Lubis dari MimbarOemum ditoentoet PKI karena menyoedoetkan beberapa pemimpinnya.”
Het nieuwsblad voor Sumatra, 03-02-1955 melansir, “Arif Lubis didemo di kantornya, MimbarOemum.”
Het nieuwsblad voor Sumatra, 03-03-1955 melaporkan, Arif Lubis divonnis selama satu bulan dengan masa percobaan enam bulan.
Dirikan PWI dan Fight dengan Komunis
Arif Lubis pendiri dan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Medan. Saat itu, Mimbar Umum suratkabar (nasionalis) terbesar di Medan. Beberapa surat kabar, (ada) berhaluan komunis.
Untuk membentengi pengaruh lainnya, PWI Medan mengumumkan daftar nama-nama anggotanya (untuk tujuan fight = bertarung).
Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 30-01-1957 (Enam Belas koran di Medan) menulis, “Hari Minggu muncul di Medan, edisi pertama dari sebuah surat kabar Cina yang baru, Hsing Chung Jit Pao. Editor dari Koran Kuo Min Tang adalah TL Chang, terakhir sebagai editor dari Sumatra Times.
Ada muncul di Medan sekarang enam harian Cina, yaitu tiga koran Kuo Min Tang (New China Times, The Sumatera Times dan Hsing Chung Jit Pao) dan tiga koran komunis (Sumatera Bin Poh, Demokratie Daily News dan Hwa Chiau Vit Poh).
Selain itu di Medan muncul saat ini sembilan surat kabar Indonesia ( Mimbar Oemum, Waspada, Tjerdas, Lembaga, Patriot, Indonesia Baru, Suara Andalas, Pendorong, Mestika) dan satu surat kabar Belanda (Het Nieuwsblad Sumatera).”
Het nieuwsblad voor Sumatra, 29-11-1957 menulis, “Daftar resmi PWI di Medan. Dalam menanggapi fakta bahwa sering nama jurnalis disalahgunakan, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) departemen Medan merasa perlu untuk mempublikasikan nama-nama anggota yang resmi.
Daftar lengkap anggota PWI Medan adalah sebagai berikut: Arif Lubis (MimbarOemum), Ani Idrus (Dunia Wanita) – (Waspada); Amarullah Ombak Lubis (Antara); A. Manan Karim (Indonesia Baru); A. Halim (Mimbar Oemoem);
Amir Hasan Lubis (MimbarOemoem); Ammary Iraby (Waspada); A. Dahlan (Lembaga); A. Marzoeki (Amarz) – (Pat’riot); Abdullah (Patriot); Anwar Effendi (MimbarOemoem); Arsjad Y. (Waspada); Aziz Harahap (Mimbar Oemoem); Amir Hamzah Tamin (Tjerdas);
A. Rachman Toweran (Mestika); Bustamam (Mimbar Oemoem); Chamran S. (Waspada); Ja’far (Tjerdas); Hasan Dinar (Waspada); Imran Zouny (Patriot); Yusuf Sou’yb (Lembaga); Kaharuddin (Antara); Mohd Said (Waspada); Anwar Rawy (Antara);
Mhd. TWH (Mimbar Oemoem); Narmin Suti (New China Times); Sjamsuddin Manan (Mimbar Oemoem); T Jafizham (Mestika); Usman Siregar (Waspada); Wan Zahir Saros
(Tjerdas); Zahari (Waktu); Zainuddin (Nieuwsblad voor Sumatra).”
Kutipan Pers Belanda
Mimbar Umum termasuk surat kabar yang dikutip oleh surat kabar lain yang berbahasa Belanda (De locomotief:Â Â Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-04-1954).
Mimbar Umum, surat kabar nasional termasuk yang kritis terhadap pemerintah. Pada tahun 1959 Mimbar Umum termasuk salah satu surat kabar yang dibredel.
De Telegraaf, 03-02-1959 menulis, “Kepala pemerintah di masa perang di Padang, Sumatera Tengah memberlakukan larangan publikasi terhadap surat kabar Pedoman, Abadi dan Indonesia Raya yang diterbitkan di Jakarta, dan surat kabar Lembaga dan MimbarOemoem di Medan.”
Legenda
Arif Lubis, kelahiran Medan pada Ahad 15 Oktober 1911, adalah editor legendaris dari Mimbar Umum, dan seorang pejuang pers.
Surat kabar Mimbar Umum telah melalui perjuangan yang sangat panjang.
Sudah sangat banyak surat kabar yang pernah diterbitkan di Indonesia, tetapi sudah banyak pula yang tutup. Hanya beberapa surat kabar yang masih bertahan.
Suratkabar Mimbar Umum termasuk yang masih eksis hingga ini hari. Boleh jadi, surat kabar Mimbar Umum sebagai surat kabar tertua yang masih hidup hingga sekarang.
Suatu warisan nasional yang perlu dipertahankan.
Arif Lubis tampaknya terlalu sibuk melajang dengan perjuangan dan cita-cita kemerdekaan. Ia baru berpikir menikah setelah usia agak tua.
Pada tahun 1952 –saat usianya 41 tahun– Arif Lubis menikahi Zahara Nasution binti Abdul Mutalib.
Ini liputan Het nieuwsblad voor Sumatra, 02-12-1952, “Tadi malam di Grand Hotel Medan (sekarang kantor BankMandiri di sisi barat Lapangan Merdeka), pada kesempatan pernikahan direktur Mr Arif Lubis, editor Mimbar Oemoem, dengan Ms Zahara Nasution binti Abdul Mutalib menggelar resepsi dengan berbagai karangan bunga yang
dihadiri lebih dari 600 tamu. Mr Lubis adalah tokoh terkemuka di Medan.”
Pada 1957 Arif Lubis memiliki putri dan empat orang yang berumur masih kecil (tertua 1953 dan termuda 1957).
Penghragaan yang diterima penerus kepemimpinannya, Muhammad Hasbi Alfauz Lubis, Jumat pekan lalu, salah satu dari buah legacy-nya.
(CP – Chairuddin Pasaribu, editor MimbarUmum, merangkum dari berbagai sumber, termasuk kutipan media berbahasa Belanda).