Peringatan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tentang Proxy War (perang proksi) tidak boleh diabaikan begitu saja. Seorang panglima perang mengatakan hal itu, tentunya berdasarkan data dan fakta yang nyata, bukan sekadar bicara belaka.
Proksi war adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Musuh tidak lagi menggunakan kekuatan militer untuk melumpuhkan negeri ini, tetapi cukup dengan menanamkan ide-ide tertentu yang akan merusak sendi-sendi kehidupan bangsa.
Sesungguhnya perang proksi ini sudah pernah terjadi pada sejak hampir seratus tahun lalu. Dimana ketika itu, Barat menyadari bahwa perang fisik tidak akan pernah mampu mengalahkan kekuatan Islam. William Ewart Gladstone (1809-1898), mantan PM Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasasinya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks.”
Ini adalah bentuk perang proksi yang memang mulai diterapkan para kapitalis. Dan mereka berhasil mencapai kemenangan itu. Kejayaan peradaban Islam terhenti berbarengan dengan bubarnya Daulah Islamiyah di Turki. Umat Islam ketika itu tidak lagi menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Islam dibatasi hanya pada ranah ibadah ritual semata. Penganutnya hanya sibuk menjalankan ibadah mahdhoh, yakni hubungannya kepada Sang Pencipta. Padahal, Islam tidak hanya mengatur itu. Islam adalah peratuan hidup yang juga mengajarkan tentang ekonomi, politik, hubungan manusia dengan manusia lainnya juga hubungan manusia dengan alam.
Ketika prinsip Islam itu tercerabut dari hati umatnya, disanalah titik lemah itu berada. Umat Islam tidak lagi menganggap sesama muslim sebagai saudara.Mereka sudah terkotak-kotak dengan semangat-semangat primordial, semangat ke-suku-an, semangat ke-daerah-an atau ke-wilayah-an, dan semangat senasib sepenanggungan. Bukan lagi semangat ideologi Islam.
Barat akhirnya dengan mudah menaklukkan Islam, lalu membagi-bagi negeri-negeri muslim itu sebagai daerah jarahan. Semua negeri-negeri muslim tunduk di ketiak negara kapitalis. Kondisi ini, hingga hari ini masih terjadi, meskipun secara dejure, negara-negara itu sudah merdeka namun secara defakto-nya mereka belum berdaulat secara penuh. Jikapun tidak seluruhnya, namun banyak kebijakan-kebijakan dari para penguasa negeri-negeri Islam yang kini bercera-berai itu selalu mendapat intervensi asing.
***
Kembali ke persoalan kekhawatiran Panglima TNI tentang perang proksi ini, maka itu sebuah kewajaran. Dan memang faktanya, Daulah Islam yang begitu hebatnya ketika itu saja akhirnya bisa hancur.
Peperangan budaya yang disebutkan Panglima TNI, faktanya memang sudah massif terjadi di negeri ini. Rakyat negeri ini lebih mengidolakan artis-artis barat yang berperilaku jauh dari adat ketimuran. Berpakaian seksi dan umbar aurat menjadi sebuah trend yang digemari. Pesta minuman keras, pesta kencan, dan clubbing, menjadi tradisi baru di negeri ini. Tak gaul rasanya, jika belum pernah masuk ke dalam ritual itu. Teranyar adalah “pemaksaan” perkawinan sejenis masuk dalam legislasi negeri ini. Perilaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) sudah terang-terangan diperkenalkan kepada generasi bangsa. Perilaku yang nyata-nyata menyimpang norma adat dan agama itu, justru sudah ada yang membelanya. Ironinya, pembelaan itu justru datang dari orang-orang yang dianggap faham agama.
Infiltrasi asing melalui ekonomi yang juga dikhawatirkan Panglima TNI itu, justru keberadaanya semakin menggurita. Pemerintah malahan mengajak asing untuk beramai-ramai mengelola kekayaan alam negeri ini. Berapa banyak sudah tambang emas, tambang minyak, tambang batubara, dan tambang mineral lainnya yang dikuasai asing.
Ketika rakyat negeri ini sibuk dengan aktifitas yang tidak produktif, ketika generasi bangsa ini fikirannya rusak karena “bius kenikmatan” seks dan narkoba, ketika rakyat negeri ini larut dengan kehidupan yang hanya mementingkan pemuasan nafsu hewan-nya, ketika rakyat negeri ini miskin karena tidak ada lagi kekayaan alam yang bisa dikelola untuk dinikmati, maka pada saat itulah negeri ini hilang dari peta peradaban dunia.
Orang-orang asing dengan sistem kapitalismenya itu akan menjadi tuan di negeri ini. Kita akan menjadi jongos untuk memuaskan keinginan mereka. Lalu, tidakkah kita menyadari ancaman ini?
***
Ketika rakyat negeri ini “saling memukul”, itu juga menjadi bagian dari perang proksi. Konflik atas nama ke-suku-an dan ke-daerah-an muncul. Juga konflik atas nama agama terus mengemuka. Ironinya, konflik sesama Islam pun terjadi hanya karena perbedaan pendapat terhadap perkara-perkara khilafiyah.Terbaru adalah apa yang menjadi pernyataan Banser NU belum lama ini . Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor H Yaqut Cholil Qoumas menyerukan anggotanya untuk menangkap dan mengamankan siapa saja yang menyuarakan penegakan syariat Islam secara kaffah. Bukankah ini bisa memicu konflik sesama muslim?
Jika ada perbedaan pandangan terkait itu, semestinya dilakukan diskusi untuk mencari titik temu dan titik benarnya. Bukan langsung menghakimi pihak lain yang dianggap berseberangan pandangan. Bukankah mereka juga selalu melontarkan tagline Islam yang damai?
Tentu ini adalah bagian dari perang proksi itu. Musuh tidak perlu bersusah payah memukul dan terciprat darah untuk melemahkan perjuangan umat Islam, cukup sesama muslim itu saja diperadukan.
Seandainya keberanian Banser itu disampaikan kepada siapa saja yang menyakiti saudaranya sesama muslim, alangkah itu sangat bijaknya. Banyak saudara kita yang menjadi korban kekejaman asing. Malah, ketika kini Islam selalu diidentikkan dengan teroris, mungkin itu lebih tepat untuk kita sikapi. Jikapun memang ada fakta, sejumlah saudara kita melakukan aksi kekerasan dan melakukan tindak pidana dalam memperjuangkan apa yang diyakininya, maka seyogyanya kita nasihati untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar. Wallahu’alam.