Samosir, Mimbar – Tano Ponggol akan menjadi ikon baru bagi Kabupaten Samosir. Merealiasikan itu, saat ini sedang dalam tahap pengerjaan revitalisasi terusan sebelum dibangun jembatan yang dirancang memenuhi unsur adat batak Dalihan Na Tolu.
“Kami sudah buat dalam rencana jangka menengah, bahwa itu harus mejadi ikon wisata dan Danau Toba telah ditetapkan pemerintah,”
kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir Rudi Sabar M Siahaan, Kamis (24/3) ketika meninjau pelaksaaan proyek itu.
Tano Ponggol dirancang dengan memasukkan unsur budaya batak, yaitu dalihan na tolu, dimana secara falsafah, ada tiga arti yaitu somba marhulahula (menghormati keluarga istri), elek marboru (mengayomi wanita dan keluaraganya), dan manat mardongan tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga).
“Jadi tiangnya itu tiga, dia punya tiga penopang, dia punya bentuk yang unik sendiri. Konsepnya masih dalam penilaian Komisi Jembatan,” terangnya.
Selain bernilai budaya, kawasan Tano Ponggol juga memiliki nilai sejarah. Pasalnya, terusan ini pertama kali dibuat pada masa
penjajahan Belanda untuk memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Samosir.
Lebihlanjut Rudi menyebutkan, selama ini terusan Tano Ponggol itu hanya memiliki lebar sekira 30 meter. Setelah proses revitalisasi itu rampung, diharapkan terusan itu akan memiliki lebar hingga 100 meter.
Tak hanya dilakukan pelebaran, kedalaman terusan itu juga akan direvitaslisasi sehingga lalulintas kapal pesiar kecil dapat melintas di kawasan tersebut.
Rudi menambahkan, desain rancangan jembatan ini telah diajukan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk dinilai oleh Komisi Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan.
Biaya untuk pembangun jembatan itu diperkirakan membutuhkan anggaran senilai Rp 450 miliar.
“Informasi yang kami dapatkan dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN), mungkin bulan Mei-Juni akan dilelang pengerjaannya. Jadi akan dikerjakan tahun ini,” ucap Rudi. (Polim)