mimbarumum.co.id – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan beberapa update kebijakan BI dan perkembangan ekonomi terkini kemarin.
Dijelaskannya hasil pantauannya pada bulan Juni sampai pekan ketiga Juni 2019 diperkirakan inflasi turun menjadi 0,54 persen (mtm) dan year on yearnya (you) 3,26 persen.
Adapun faktor penyumbang inflasi masih sama yakni banyak berkaitan dengan Idul Fitri antara lain naiknya harga cabai merah, tarif angkutan, daging ayam dan beberapa bahan makanan lainnya.
Untuk investasi dan aliran modal asing ke Indonesia, dikatakannya membaik dimana beberapa indikatornya disebutkan seperti terlihat dari CDS turun dari 101.94 menjadi 87,9. Sedangkan aliran modal asing yang masuk perhari ini (ytd)Â Rp130,24 triliun terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp72,96 triliun dan saham Rp58,95 triliun.
“Dalam pekan terakhir memang investor asing net beli. Apalagi pekan lalu ada lelang SBN dan pekan ini terjadi aliran modal asing masuk. Sebagaimana data transaksi 17-20 Juni aliran modal asing di pasar saham dan SBN Rp23,67 triliun, diantaranya SBN Rp22,66 triliun,” ungkap Perry Warjiyo.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan
bahwa kondisi nilai tukar saat ini stabil bahkan cenderung menguat ditutup 14.180 dan hari ini sempat turun di bawah 14.100 meskipun sekarang sedikit di atas 14.100.
“Faktor menguatnya nilai tukar rupiah ini diantaranya adanya aliran modal asing masuk semakin tinggi dan prospek ekonomi Indonesia membaik,” tegasnya.
Kemudian inflasi menurun saat ini dikarenakan adanya penurunan tarif pesawat LCC yang terjadi beberapa waktu lalu
Perry Warjiyo lebih lanjut menyatakan perlunya menaikkan investasi swasta karena
kunci dari menguatkan pertumbuhan investasi swasta yaitu perbaikan prospek ekonomi baik dalam dan luar negeri.
Untuk itu perlunya sinergitas antara BI, OJK, pemerintah dan pengusaha untuk meningkatkan investasi swasta dimana BI akan memberikan signal selain menjaga stabilitas juga mendorong pertumbuhan melalui makroprudensial, SP dan pendalaman pasar keuangan.
“BI juga memberikan sinyal untuk menurunkan BI rate, namun demikian kita melihat timing dan mencermati kondisi global dan kondisi neraca pembayaran,” tandasnya. (ml)