25 Tahun Leni Bertahan

Berita Terkait

- Advertisement -

mimbarumum.co.id – Leni Chaniago terus bertahan untuk tetap hidup. Kepalanya yang terus membesar membuat dirinya tak mampu melakukan aktifitas lain, selain hanya berbaring di sebuah kursi roda yang dimodifkasi seperti sebuah dipan (tempat tidur).

Adalah sang abang, Saib Chaniago yang terus menemani adiknya yang sudah menanjak usia dewasa itu. Leni Chaniago kini sudah berusia 25 tahun.

Saib tak hanya membantu adiknya memenuhi segala kebutuhannya, mulai dari menyuapi makanan dan minuman hingga memandikan dan membersihkan kotorannya. Pria berusia 30 tahun itu juga membawa adiknya kemana saja untuk mencari sekadar belas kasih banyak orang.

Saib yang mengaku warga Pariaman Provinsi Sumatera Barat itu kerap mendorong adiknya ke pusat-pusat keramaian hingga pada Selasa (19/3/19) mereka sampai di Pasar Sagumpal Bonang, Kota Padangsidempuan.

- Advertisement -

“Saya berusaha mengumpuli dana untuk keperluan pengobatan adik saya,” ucap Saib kepada mimbarumum.co.id. Di samping dipan adiknya terikat sebuah kotak ukuran sedang yang dimaksudkan untuk menampung uang sumbangan orang-orang.

Saib mengatakan, biaya untuk pengobatan adiknya itu terbilang mahal sementara keluarganya tak mampu memenuhinya. “Meminta-minta” belas kasih itu terpaksa dia lakukan.

Setelah uang itu terkumpul, katanya, maka ia segera melajutkan kembali pengobatan penyakit hydrocephalus yang menggerogoti kesehatan adiknya.

“Dokter mengatakan agar tiap bulan dilakukan cek up dan penyedotan atas gumpalan cairan yang ada di kepalanya,” katanya.

Penyakit adiknya itu sudah diserita sejak lahir. Berbagai pengobatan, baik medis maupun alternatif, katanya sudah dilakukannya. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda kesembuhan.

Selain biaya pengobatan yang mahal itu, keluarga juga harus menanggung beban memberi makanan khusus kepada Leni Chaniago. Wanita itu hanya bisa mengonsumsi makanan bubur.

“Tiap hari makannya bubur ayam atau bubur kacang hijau. Saya yang suapin,” kata Saib. Dia mengaku sangat sedih dengan nasib yang menimpa adiknya, sementara orang tuanya hanya seorang buruh.

Persaan Saib dan keluarga semakin tak karuan ketika mengetahui dari dokter bahwa penyakit sebangsa tumor yang diderita adiknya itu menyerang organ otak. Jika tidak segera ditangani, penyakit tersebut dipastikan dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak.

Saib mengaku tak berputus asa untuk mengupayakan kesembuhan adiknya itu. Ia mengatakan kerap berpindah-pindah tempat untuk mencari bantuan atau simpati orang-orang atas kondisi yang mereka hadapi.

Sebenarnya dia juga sangat berharap ada campur tangan pemerintah untuk upaya kesembuhan adiknya itu. (zal)

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Berita Pilihan

PWI Sumut Akan Gelar SJI, Pj Gubsu Sampaikan Kuliah Umum

mimbarumum.co.id - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara akan menggelar Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) pada 23 hingga 27 September...